Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan kerja sama antarkementerian/lembaga penting untuk menemukan kasus kusta pada anak.

"Saya kira kerja sama Kemenkes dengan sekolah, Kemendikbud, Dinas Pendidikan itu sangat penting untuk melakukan screening pada anak-anak sekolah," kata Maxi Rein Rondonuwu dalam acara bertajuk "Loka Karya Nasional Dalam Rangka Memperingati Hari NTDs 2023", di Jakarta, Senin.

Menurut Maxi Rein Rondonuwu, terdapat 10 persen hingga 10,2 persen kasus anak dalam kasus baru yang ditemukan.

"Jadi kalau satu tahun, ada 50 kasus kusta, (diantaranya ada) lima kasus anak. Ini tandanya berarti transmisi penularan itu masih terjadi," katanya.

Kementerian Kesehatan terus berupaya untuk menargetkan Indonesia dapat terbebas dari kusta atau zero leprosy. Untuk mencapai target tersebut, perlu kerja keras yang melibatkan banyak pihak.

"Strategi kita, Indonesia bukan hanya di bawah satu per 10.000 orang. Kita akan bergeser jadi zero leprosy. Bukan cuma zero leprosy, tapi juga zero disability dan zero stigma. Ini yang saya kira kita harus berjuang bersama," kata Maxi.

Indonesia termasuk tiga negara penyumbang kasus kusta tertinggi di dunia, selain Brasil dan India.

Saat ini di Indonesia, prevalensi kusta sudah di bawah target, yaitu kurang dari satu per 10.000 penduduk.

"Tapi pada tahun 2022 menunjukkan bahwa masih ada 7 provinsi dan 118 kabupaten/kota yang belum eliminasi kusta, yang artinya prevalensi-nya masih lebih dari satu diantara 10.000 penduduk," jelas Maxi.

Baca juga: Kemenkes: Alokasi APBD rendah tantangan penanggulangan kusta di daerah
Baca juga: Kemenkes sebut pentingnya deteksi dini tangani penyakit kusta
Baca juga: Kemenkes: Alokasi APBD rendah tantangan penanggulangan kusta di daerah

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023