Mayoritas 75 produk yang ditawarkan AS sudah dikenakan tarif 5 persen
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan Menlu AS Hillary Rodham Clinton menyampaikan penawaran sejumlah produk barang dan jasa yang ramah lingkungan kepada Indonesia saat bertemu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

"Mereka sudah sampai pada proses kompilasi daftar atas produk apa saja yang harus diklasifikasikan sebagi produk ramah lingkungan dan harus mendapatkan preferensi tarif yang maksimal sebesar 5 persen," kata Gita saat konferensi pers di Kementerian Perdagangan di Jakarta, Selasa.

Hal itu disampaikan Hillary saat bertemu dengan Presiden Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta.

Menurut Gita, pihak AS menyampaikan hal tersebut menjelang pertemuan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Bali pada 2013.

Pihak AS telah menawarkan sekitar 75 produk ramah lingkungan kepada sejumlah negara anggota APEC, namun menurut Gita, belum semua anggota dapat menerimanya.

"Tapi negara APEC lain seperti Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Thailand, Singapura dan Indonesia masih belum sepakat. Untuk RRT baru sepakat 20 - 30 produk, dan Indonesia 20 - 30 produk juga, bahkan negara lain ada yang sepakat dengan jumlah yang lebih kecil dari kita," jelas Mendag.

Gita mengatakan kelanjutan dari jumlah produk yang akan dibuat menjadi ramah lingkungan akan dibahas pada Pertemuan Setingkat Menteri APEC di Vladivostok, Rusia pada Rabu (5/9).

Indonesia, kata Gita, memiliki kepentingan juga terhadap sejumlah produk unik yang bisa diikutsertakan dalam produk ramah lingkungan seperti minyak sawit mentah.

"Sejumlah hal ini kalau bisa diklasifikasikan sebagai produk yang ramah lingkungan tentunya perlu pembahasan mendalam dengan para anggota APEC," jelas Gita.

Alasan belum terima

Menteri Gita mengatakan alasan belum diterimanya 75 produk yang ramah lingkungan dari AS adalah karena industrialisasi di Indonesia belum sepesat seperti di negara maju sehingga kapasitas pembuatan produk ramah lingkungan jauh lebih kecil ketimbang negara maju.

"Indonesia hanya bisa memberikan toleransi terhadap sebagian produk saja. Banyak negara yang lebih maju pun juga tidak sepakat dengan jumlah produk lebih dari 30-an daripada yang 75 itu," kata Gita.

Menurut Gita, bahkan Hong Kong baru menerima sekitar 18 produk dari 75 jenis yang ditawarkan sedangkan Indonesia sekitar 19 - 24 produk ramah lingkungan.

Selain itu Indonesia juga menawarkan daftar ideal sebanyak 30 produk ramah lingkungan termasuk minyak sawit.

"Mayoritas 75 produk yang ditawarkan AS sudah dikenakan tarif 5 persen oleh Indonesia," tegas Gita.

Intinya, kata Gita, adalah sejumlah negara harus sadar bahwa industrialisasi di beberapa anggota APEC belum sepesat yang dilakukan negara maju dan kapasitas pembuatan produk ramah lingkungannya juga belum sejauh yang dimiliki negara adidaya.

(B019)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012