Kita diminta untuk memahami situasi ini
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Amin Soebandrio meminta semua pihak untuk tidak terlena pada tren rendahnya angka kesakitan dan kematian saat tanda akan akhir pandemi COVID-19 sudah nampak.
 

“Kita baru mengendalikan sampai kasusnya menurun dalam situasi seperti ini. Sekali lagi, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kalau pandemi akan segera berakhir. Tetap saja kita diminta untuk memahami situasi ini,” kata Amin dalam Talkshow Akhir Pandemi di Depan Mata yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
 

Amin menuturkan bahwa perkembangan dari penularan COVID-19 di dunia, sudah menunjukkan kecenderungan penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
 

Dalam data yang dirinya sebutkan, sampai dengan hari ini orang yang menderita sakit berat akibat COVID-19 di seluruh dunia masih ada sebanyak 0,3 persen. Sedangkan secara keseluruhan angka kematian di dunia masih ada sekitar satu persen.

Baca juga: Epidemiolog: Vaksinasi modal capai akhir pandemi

Baca juga: Epidemiolog: Perlu perbaikan beberapa aspek di masa transisi ke endemi

 

“Walaupun kalau kita lihat secara keseluruhan, angka kematian masih sekitar satu persen dari kasus di dunia dan itu masih 600 juta orang yang terinfeksi totalnya. Tapi yang meninggal sekitar enam jutaan,” katanya.
 

Di Indonesia sendiri, kasus positif terus menurun bahkan bila dibandingkan pada masa gelombang Delta. Pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit pun juga semakin sedikit.
 

Walaupun demikian, dengan banyaknya sub-sub varian COVID-19 menunjukkan apabila virus masih dapat bermutasi dan bersirkulasi di seluruh lingkungan manusia, meski gerakan virus dapat diprediksi dan dikendalikan.
 

Amin juga menekankan meskipun WHO dan pemerintah menyatakan akhir pandemi sudah dekat, tidak ada yang tahu pasti kapan itu akan benar-benar terjadi. Dengan demikian, ia meminta masyarakat untuk memahami situasi tersebut dan menjadikannya sebagai semangat untuk lebih kuat mengendalikan pandemi.
 

Gaya hidup sehat dan penerapan 3M seperti memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan pun harus tetap dilakukan, termasuk memperhatikan sirkulasi udara di setiap bangunan berjalan dengan baik agar virus tidak mengendap di satu ruangan saja.

“Jadi kita memang perlu memberikan semangat pada seluruh masyarakat. Sejauh ini dalam tanda petik, kita baru berhasil mengendalikan bukan mengeliminasi,” ujarnya.

Baca juga: ITAGI perkirakan vaksin COVID-19 masih jadi kebutuhan pada tahun 2023

Baca juga: PB IDI: Indonesia tak perlu terburu-buru putuskan fase endemi COVID-19

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022