Makassar (ANTARA News) - Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan Sulsel Rahman Daeng Tayang mengatakan, kenaikan harga eceran tertinggi pupuk makin membebani petani.

"Kebijakan pemerintah pusat per Januari 2012 dengan menaikan HET pupuk bersubsidi urea dari Rp1.600 menjadi Rp1.800 per kilogram, memberikan beban baru bagi petani," kata Rahman di Makassar, Jumat.

Dia mengatakan, sebagian besar petani pada akhir 2011 telah mengalami kerugian akibat pengaruh perubahan iklim, kini ditambah lagi dengan kenaikan harga pupuk pada musim tanam.

Menurut dia, pemerintah selalu mendorong petani untuk meningkatkan produksi untuk mencapai swasembada pangan nasional, namun disisi lain membuat kebijakan yang tidak mendukung petani.

"Seharusnya, kebijakan yang dibuat perintah itu mendukung petani dalam meningkatkan produksinya, bukan sebaliknya," katanya.

Sebagai gambaran, dengan peningkatan harga pupuk urea itu, tentu petani akan mengurangi jumlah pupuk yang digunakan, misalnya dari 200 kg per hekatare menjadi 150 kg per ha.

Kondisi tersebut, lanjut dia, akan berdampak pada kualitas maupun kuantitas produksi pada masa panen.

"Jadi, apabila pemerintah masih mau melihat petani hidup dan membantu pencapaian swasembada pangan, pemerintah harus meninjau ulang keputusan itu," katanya.

(S036)



Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2012