jangan menunggu ada kluster atau positif baru di-tracing, ini terlambat,
Yogyakarta (ANTARA) - Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM dr. Gunadi mengatakan kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen harus diikuti dengan upaya 3T (testing, tracing, dan treatment) oleh pemerintah.

"Penyelenggaraan PTM 100 persen tentunya pemerintah dan stakeholder terkait sudah mempertimbangkannya, tetapi harus diikuti dengan 3T," kata Gunadi melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Senin.

Ia menegaskan langkah 3T sebaiknya dilakukan secara acak dan rutin.

Baca juga: Luhut: Tidak ada rencana hentikan sekolah tatap muka
Baca juga: Epidemiolog minta pemerintah evaluasi PTM antisipasi gelombang ketiga

Dengan upaya itu, menurut Gunadi, diharapkan memutus mata rantai penularan COVID-19 termasuk varian Omicron dengan kemampuan penyebaran lebih cepat daripada varian Delta.

"Karena gejala umumnya tidak berat, OTG, jadi tidak tahu apakah anak-anak dan guru membawa virus atau tidak sehingga dilakukan testing secara acak dan berkala. Jangan menunggu ada kluster atau positif baru di-tracing, ini terlambat," kata dia.

Apabila tracing baru dilakukan saat muncul kluster di sekolah, menurut Gunadi, akan berpotensi menyebarkan virus secara lebih luas dalam keluarga dan menjadi kluster baru.

Namun jika testing dapat dilakukan secara acak dan rutin akan menjadikan mitigasi COVID-19 lebih baik.

"Pendidikan tidak mungkin tidak berjalan. Kendati begitu, suatu kebijakan harus ada konsekuensi-konsekuensi yang harus dipenuhi pemerintah jangan sampai mengorbankan kesehatan anak-anak itu sendiri," tutur Gunadi.

Baca juga: Pemerintah Kota Jakarta Selatan temukan 57 kasus COVID-19 saat PTM

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022