Jakarta (ANTARA) - CEO dan penggagas HatiPlong Farah Djalal menjelaskan bahwa stigma negatif di masyarakat masih mempengaruhi sebagian besar orang untuk pergi ke psikolog.

"Selama pandemi ini sebenarnya semakin banyak orang yang membutuhkan tenaga ahli untuk kesehatan mental. Cuma masih banyak stigma di masyarakat Indonesia untuk datang ke psikolog," ungkap Farah saat dijumpai di Jakarta, Rabu (19/1).

"Mereka tahu mereka membutuhkan, mereka punya masalah kesehatan mental. Tapi yang mereka lakukan kemudian adalah mengatasi dengan cara mereka sendiri. Tapi mereka pun sadar itu belum menyelesaikan keseluruhan masalahnya. Mereka tahu harus datang ke psikolog, tapi karena stigma masih kuat, banyak yang belum mengambil tindakan untuk ke psikolog," lanjutnya.

Baca juga: Pentingnya resolusi tahun baru yang realistis bagi kesehatan mental

Lebih lanjut, Farah juga menjelaskan bahwa salah satu stigma yang ada di masyarakat adalah pergi ke psikolog jika memiliki masalah yang besar. Farah menegaskan bahwa sebaiknya seseorang bisa pergi ke psikolog meskipun tidak memiliki masalah yang besar.

"Jangan (datang ke psikolog ketika masalah sudah besar). Itu salah satu stigmanya bahwa orang kalau ke psikolog ketika masalah sudah besar," jelas Farah.

"Sebenarnya itu salah. Jangan nunggu masalahnya besar baru datang ke psikolog. Sama seperti kalau luka fisik. Ada luka nih, ah obatin dulu sebentar. Tapi lama-lama luka itu jadi luka bernanah, tambah luas, baru datang ke dokter dan sudah telat," tambahnya.

Kemudian, Farah juga mengatakan bahwa waktu yang tepat untuk datang ke psikolog adalah saat seseorang merasakan hal yang mengganjal dalam dirinya. Sebaiknya, pergi ke psikolog pun juga dilakukan sebelum masalah tersebut dapat mengganggu keseharian orang tersebut.

"Jadi sebenarnya begitu kalian merasa bahwa ada sesuatu yang mengganjal yang bikin hidup saya nggak plong, apalagi jangan tunggu sampai mengganggu keseharian kita, datang saja ke psikolog. Nggak perlu bawa masalah besar. Ceritain saja. Curhat saja layaknya curhat ke teman," tutup Farah.

Baca juga: Berlari dapat meringankan stres, depresi dan rasa cemas

Baca juga: Peduli isu kesehatan mental, Creative Tribe gagas ajang #pelarian

Baca juga: Kenali gejala dan jenis-jenis insomnia

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022