Wellington/New York (ANTARA) - Pesawat yang membawa bantuan kemanusiaan dari Australia dan Selandia Baru akan segera tiba di Tonga pada Kamis, ketika bandara di pulau Pasifik Selatan yang dilanda tsunami itu akhirnya dibuka kembali.

Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton mengatakan sebuah pesawat Angkatan Udara Australia yang membawa bantuan kemanusiaan dan alat penyapu untuk membantu menghilangkan abu dari landasan pacu bandara, telah meninggalkan Brisbane.

Sementara Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta mengatakan angkatan udaranya juga telah mengirim C-130 Hercules dari Auckland, yang akan mendarat di ibu kota Tonga, Nuku'alofa, sekitar pukul 4 sore waktu Selandia Baru (10 pagi WIB).

"Pesawat itu membawa bantuan kemanusiaan dan pasokan bantuan bencana, termasuk kontainer air, perlengkapan untuk membangun tempat penampungan sementara, generator, peralatan kebersihan dan keluarga, dan peralatan komunikasi," kata Mahuta dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Misinformasi! Empat orang "digulung" tsunami Tonga dalam video TV Australia

Pengiriman bantuan akan dilakukan tanpa kontak fisik dan pesawat diharapkan berada di darat hingga 90 menit sebelum kembali ke Selandia Baru, kata dia.

Selandia Baru mengatakan Tonga, salah satu dari sedikit negara yang bebas virus corona, telah setuju untuk menerima dua kapalnya yang membawa bantuan dan pasokan, meskipun ada kekhawatiran tentang penularan COVID-19 yang akan memperburuk keadaan.

Kapal-kapal Selandia Baru yang membawa 250.000 liter air bersih dan perbekalan lainnya akan tiba pada Jumat (21/1).

Ledakan gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai, yang telah menewaskan sedikitnya tiga orang, mengirimkan gelombang tsunami melintasi Pasifik pada Sabtu (15/1). Bencana itu merusak desa, resor, dan banyak bangunan di Tonga serta memutus komunikasi bagi negara berpenduduk sekitar 105.000 orang.

Baca juga: Peru selidiki tumpahan minyak yang dikatakan akibat bencana di Tonga

Saluran telepon antara Tonga dan dunia kembali terhubung pada Rabu malam (19/1), tetapi pemulihan konektivitas internet mungkin membutuhkan waktu satu bulan atau lebih.

Berbicara kepada Reuters dari Nuku'alofa, jurnalis lokal Marian Kupu mengatakan warga Tonga sedang dalam proses membersihkan semua debu dari letusan gunung berapi tetapi khawatir mereka akan kehabisan air minum.

“Masing-masing rumah punya tangki air sendiri tetapi kebanyakan penuh debu sehingga tidak aman untuk diminum,” kata Kupu.

Beberapa desa di sisi barat Tonga terkena dampak yang sangat parah, ujar dia.

Baca juga: Tonga selama 1 bulan akan tanpa kabel internet pascaerupsi

"Saya tidak akan mengatakan kami memperkirakan lebih banyak kematian tetapi pemerintah sedang mencoba untuk terbang ke pulau-pulau lain untuk memeriksa kondisi mereka," kata Kupu.

PBB mengatakan sekitar 84.000 orang atau lebih dari 80 persen populasi Tonga sangat terpengaruh oleh bencana tersebut.

"Mereka terdampak karena kehilangan rumah, kehilangan akses komunikasi, dan menghadapi masalah air bersih," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan.

Kebutuhan kemanusiaan yang paling mendesak adalah air bersih, makanan, dan barang-barang lain.

Baca juga: PBB: Pengiriman bantuan ke Tonga hadapi tantangan

"Air benar-benar merupakan masalah terbesar penyelamatan hidup. Sumber air telah tercemar, sistem air mati," ujar Dujarric.

Gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai meletus sekitar 65 kilometer dari ibu kota Tonga dengan ledakan terdengar hingga sejauh 2.300 kilometer di Selandia Baru.

Gelombang setinggi 15 meter menghantam gugusan pulau terluar Ha'apai, menghancurkan semua rumah di Pulau Mango, serta pantai barat pulau utama Tonga, Tongatapu, di mana 56 rumah hancur atau rusak parah.

Sumber: Reuters

Baca juga: Selandia Baru kirim kapal bantuan ke Tonga, tiba pada Jumat
Baca juga: Tonga konfirmasi tiga korban jiwa dan kehancuran pulau terpencil

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022