termasuk belajar bahasa mereka seperti makasih diucapkan kamsia
Pontianak (ANTARA) - Peran Komunitas Ruang Muda Kreatif Singkawang (Rumaksi) bekerja sama dengan Singkawang Cultural Center (SCC) patut diacungi jempol dalam merawat dan memupuk toleransi antaretnis serta agama di Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

Indonesia dikenal memiliki keberagaman masyarakat yang sangat luar biasa. Berdasarkan data pemerintah, Indonesia memiliki 1.331 kelompok suku dan 652 bahasa daerah yang berbeda.

Keberagaman ini membuat bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang toleran. Selain bahasa dan suku, bangsa Indonesia juga memiliki budaya, agama, serta keyakinan yang beragam, termasuk di Kota Singkawang.

Daerah dengan julukan "Kota Seribu Kelenteng" ini, telah dinobatkan sebagai satu di antara lima kota dengan tingkat toleransi tinggi di Indonesia. Selain Singkawang, ada empat kota lain juga memiliki tingkat toleransi tinggi.

Singkawang berada di sebelah utara Pontianak, berjarak tempuh 145 kilometer. Kota ini menempati posisi kedua sebagai kota paling toleran. Berdasarkan Indeks Kota Toleran (IKT) 2020 yang dikeluarkan Setara Institute, sebagai kota paling toleran, Singkawang memperoleh skor 6,450. Posisi ini turun dari peringkat IKT 2018 di posisi pertama.

Masyarakat Kota Singkawang dikenal dengan masyarakat multietnis. Etnis terbesar di kota itu, Tionghoa, Dayak, dan Melayu. Selain itu juga ada warga dari etnis Jawa, Sumatra, Madura, Ambon, dan Sulawesi.

Oleh karena itu, Komunitas Rumaksi menggagas program Silang Inap (menginap). Artinya, ada kegiatan saling menginap antarpemuda dan anggota komunitas tersebut, dari satu rumah warga ke rumah warga lainnya yang berbeda etnis. Program ini sudah berjalan sejak 2019, sempat terhenti karena pandemi, namun saat ini mulai kembali.

Ketua Rumaksi Trino Junaidi (32) menyatakan program Silang Inap mereka gulirkan sebagai salah satu upaya memupuk hidup toleransi di kalangan anak muda dan anak sekolah yang magang kerja di SCC.

"Apa yang kami lakukan itu baru program pemanasan dalam terus menumbuhkan semangat dan memupuk semangat toleransi antaretnis dan agama di Kota Singkawang yang kami cintai ini, agar terus maju dan berkembang dengan keberagaman yang ada," ujar dia.

Baca juga: PBNU dorong kesadaran toleransi beragama tumbuh di tengah masyarakat

Program yang dilakukannya pihaknya itu juga bagian dari upaya menyelamatkan NKRI, baik saat ini maupun masa mendatang.

"Untuk program Silang Inap bagi anak-anak magang hingga saat ini sudah angkatan ketiga dan ada tambahan belajar bahasa kearifan lokal, yakni yang Melayu mengajari bahasa mereka kepada Tionghoa dan begitu sebaliknya," ujarnya.

Program tersebut muncul berawal dari kegelisahan para anak muda Singkawang menanggapi situasi di di banyak tempat dewasa ini terkait dengan hidup dalam keberagaman. Mereka sepakat bahwa akulturasi multietnis masyarakat Singkawang harus tetap dipupuk dan dijaga, terutama kalangan anak muda.

"Karena menurut kami untuk menjaga dan memajukan suatu daerah adalah harus tetap menjaga keamanan dan kenyamanan daerahnya, salah satunya tetap menjaga semangat toleransi yang memang sudah tercipta selama ini," kata Trino.

Dalam setiap kegiatan, komunitas itu selalu menyelipkan nilai-nilai dan semangat toleransi pada masyarakat multietnis di Singkawang.

Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie selalu menyambut positif setiap gagasan disampaikan komunitas yang peduli terhadap isu keberagaman dan toleransi di kota tersebut.

"Kegiatan yang diusung komunitas-komunitas yang ada di sini, sangat membantu kami dalam mewujudkan toleransi, kerukunan antaretnis yang ada," katanya.

Ia menyatakan biasa melibatkan SCC bersama Komunitas Rumaksi dalam berbagai kegiatan kebudayaan di Singkawang karena dalam wadah itu terdapat pemuda-pemuda dari berbagai etnis di Singkawang.

Seorang pelajar SMKN 2 Singkawang Wahyu menceritakan pengalaman menginap di rumah temannya, Alexander Yulianto, yang dari keturunan etnis Tionghoa di daerah itu pada Senin (10/1).

Wahyu adalah satu di antara tujuh pelajar SMKN 2 Singkawang yang magang kerja di SCC.

Menurut dia, ada pengalaman menarik dan unik saat menginap di rumah temannya itu.

Baca juga: Romo Benny: Penguatan toleransi dan moderasi beragama prioritas 2022

Wahyu dari keturunan etnis Melayu dan beragama Islam banyak belajar dari kegiatannya kali ini menginap di rumah Alex, sapaan untuk temannya itu.

"Meskipun berbeda etnis ternyata keluarga Alex sangat ramah dalam menyambut kedatangan saya, meskipun saya Melayu dan muslim, sehingga dengan sambutan ramah itu menjadi betah untuk nginap dalam satu malam dalam mengikuti Nginap Silang itu," katanya.

Apalagi, di rumah Alexander berbeda isi rumahnya. Kalau di rumah orang muslim banyak ditemukan kaligrafi islami, sedangkan di rumah orang Tionghoa banyak ditemukan tulisan-tulisan Mandarin.

"Semalaman nginap saya banyak juga mendapatkan pengetahuan tentang adat dan kebudayaan Tionghoa, termasuk belajar bahasa mereka seperti makasih diucapkan kamsia," ujarnya.

Dirinya juga menjadi mengetahui kebiasaan-kebiasaan orang Tionghoa, termasuk menu makanan, seperti masakan ayam kecap dan lainnya.

"Karena Alexander sudah memberitahukan kepada saya bahwa menu masakan ayam kecap yang dihidangkan halal," kata Wahyu yang saat ini duduk di Kelas XI SMK 2 Singkawang itu.

Sementara itu, Alexander Yulianto yang juga siswa SMKN 2 Singkawang mengakui banyak pengetahuan atau pengalaman diperoleh saat mengikuti program Silang Inap, terutama memupuk semangat toleransi di kalangan anak muda Kota Singkawang.

"Contohnya saya melihat kedisiplinan keluarga Wahyu dalam mengerjakan shalat lima waktu sehingga berdampak pada kedisiplinan dan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu bahasa dan makanan mereka juga berbeda dengan kami," ujarnya.

Begitu juga keramahan orang tua Wahyu kepada dirinya. Meskipun berbeda kulit dan bahasa, mereka sangat hormat dan menghargai tamunya.

"Nilai-nilai yang saya dapat saat menjalani program Silang Nginap sangat banyak, dan saya salut dengan shalat lima waktu yang umat muslim lakukan sehari-hari," ujarnya.

Oleh karena itu, dia menjadi terpacu untuk beribadah lagi.

"Itulah salah satu manfaat yang saya dapatkan ketika menjalani program Nginap Silang. Semangat toleransi saya juga menjadi semakin tinggi," ujar dia.

Baca juga: Khofifah ingatkan saling menghormati keberagaman, termasuk di Semeru

Sementara, seorang teman mereka, Wendy Kaneshiro, yang juga pengurus OSIS SMK 2 Singkawang menyambut baik program Silang Inap yang diadakan Rumaksi bekerja sama dengan SCC di mana saat ini mereka magang.

Tujuannya memupuk terus semangat toleransi bagi kalangan anak muda seperti mereka.

"Karena akan banyak pengalaman dan pengetahuan selama menjalani Silang Nginap, seperti saling bertukar informasi, baik kebiasaan dan termasuk mengenal masing-masing secara dekat adat dan kebudayaan beda etnis yang ada di Singkawang," ujarnya.

Dia juga berhadap, pengalaman dan pengetahuan yang didapat melalui program itu bisa menjadikan mereka sebagai agen toleransi di Kota Singkawang.

"Untuk merawat semangat toleransi sebenarnya tidak sulit, tetapi diperlukan peran serta semua masyarakat dan termasuk pemerintah sendiri. Sehingga tercipta kerukunan yang akan menjadi kekuatan dalam membangun Kota Singkawang yang aman dan nyaman," ujar Ketua Rumaksi Trino Junaidi.

Memupuk dan merawat toleransi sesungguhnya tidaklah sulit.

Tetapi, peran semua masyarakat, termasuk pemuda sebagai generasi penerus kehidupan bangsa yang saling berhubungan antaretnis dan agama dengan penuh kerukunan itu, sangat diperlukan.

Baca juga: Mahfud MD: Keberagaman kita diuji intoleransi dan pemaksaan kehendak
Baca juga: Pandemi waktu tepat untuk intropeksi diri bertoleransi

 

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022