Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia menghentikan kerugian dua hari beruntun pada perdagangan Jumat pagi, berbalik menguat ketika para investor menunggu untuk melihat apakah data pekerjaan AS yang akan dirilis hari ini akan memperkuat kebutuhan kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terdongkrak 0,3 persen, didorong oleh kenaikan 1,2 persen di indeks acuan Australia di mana saham bank menjadi yang terdepan, meskipun indeks Nikkei Jepang menyerahkan kenaikan awal menjadi tergelincir 0,66 persen.

Indeks berjangka Nasdaq menguat 0,5 persen di awal perdagangan Asia, sebelum menyerahkan beberapa keuntungannya menjadi diperdagangkan 0,25 persen lebih tinggi, dan indeks berjangka e-mini S&P 500 meningkat 0,17 persen.

Penggerak pasar utama minggu ini adalah kenaikan imbal hasil AS setelah penerbitan risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve Desember, kata ahli strategi pasar global Kerry Craig di JPMorgan Asset Management.

Risalah, yang diterbitkan Rabu (5/1/2022), telah menunjukkan bahwa pasar pekerjaan yang ketat dan inflasi yang tak henti-hentinya dapat memaksa bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga lebih agresif tahun ini.

"Meskipun kami melihat imbal hasil turun sedikit di akhir sesi, saham berjangka naik, dan sekarang kami juga melihatnya di pembukaan Asia," kata Craig.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan terakhir di 1,7211 persen setelah mencapai 1,7530 persen semalam, tertinggi sejak April 2021, naik tajam dari penutupan 2021 di 1,5118 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang terkait erat dengan ekspektasi inflasi, berada di 0,8656 persen tak jauh dari tertinggi semalam di 0,886 persen.

Craig dari JPMorgan mengatakan investor sedang menunggu data penggajian non-pertanian AS yang akan dirilis pada Jumat, dan data inflasi yang akan dirilis minggu depan, untuk melihat apakah mereka akan memperkuat atau melemahkan kasus kenaikan suku bunga yang lebih cepat di AS.

Imbal hasil yang lebih tinggi telah merugikan saham teknologi minggu ini karena investor beralih ke saham perusahaan yang berkinerja baik di lingkungan dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, seperti bank.

Indeks acuan MSCI Asia, yang memberikan bobot signifikan pada beberapa nama teknologi besar, turun 1,1 persen minggu ini, meskipun saham teknologi berhasil reli pada Jumat, terutama Samsung Electronics Co Ltd Korea Selatan. Saham Samsung menguat 1,4 persen setelah perusahaan melaporkan laba operasi kuartalan terbaiknya dalam empat tahun.

Semalam, saham-saham AS sedikit tergelincir seiring dengan kenaikan imbal hasil, tetapi kerugiannya lebih kecil dibandingkan dengan penurunan tajam di awal pekan.

Di pasar mata uang, imbal hasil yang lebih tinggi berarti indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, telah naik 0,63 persen minggu ini.

Pada Jumat, greenback menahan kenaikannya terhadap sebagian besar mata uang utama, sementara naik 0,1 persen terhadap yen yang berada di 115,94 per dolar, sedikit di bawah tertinggi lima tahun pada Selasa di 116,34 yen.

Harga minyak menguat, yang oleh beberapa analis dikaitkan dengan berita bahwa pasukan terjun payung Rusia telah tiba untuk memadamkan kerusuhan di Kazakhstan, meskipun produksi di negara produsen OPEC+ itu sebagian besar tetap tidak terpengaruh sejauh ini.

Minyak mentah berjangka Brent naik 0,6 persen menjadi diperdagangkan di 82,48 dolar AS per barel, dan minyak mentah AS naik 0,6 persen menjadi diperdagangkan di 79,96 dolar AS per barel.

Emas di pasar spot menguat 0,15 persen menjadi diperdagangkan di 1.791,85 dolar AS per ounce, setelah menyentuh level terendah dua minggu di 1.788,25 dolar AS pada Kamis (6/1/2022), karena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS mengurangi permintaan untuk logam tanpa bunga.

Baca juga: Saham Asia berjatuhan setelah risalah Fed lebih "hawkish"
Baca juga: Saham Asia tergelincir, kenaikan imbal hasil AS pukul sektor teknologi
Baca juga: Saham Asia ikuti Wall St yang melonjak di hari transaksi pertama 2022

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022