Indonesia akan mengalami akselerasi pertumbuhan ekonomi menuju fase ekspansi di tahun 2022. Negara ASEAN4, yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand, memiliki ruang ekspansi yang lebih tinggi di 2022
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan Manajer Investasi (MI) PT Manulife Aset Manajemen Indonesia menilai bahwa tahun 2022 akan menjadi momentum akselerasi pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia.

Chief Economist & Investment Strategist Katarina Setiawan mengatakan, kondisi pasar di rentang waktu 2020 hingga 2022 mengalami tiga fase penting, yaitu fase pandemi pada 2020, kemudian fase pemulihan pada 2021, dan akan dilanjutkan dengan fase normalisasi pada pasar global, sementara Indonesia justru akan mengalami fase akselerasi di 2022.

"Indonesia akan mengalami akselerasi pertumbuhan ekonomi menuju fase ekspansi di tahun 2022. Negara ASEAN4, yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand, memiliki ruang ekspansi yang lebih tinggi di 2022," ujar Katarina saat jumpa pers di Jakarta, Selasa.

Menurut Katarina, momentum pembukaan kembali ekonomi diperkirakan meningkat ketika pandemi gelombang ketiga mereda dan cakupan vaksinasi mencapai sekitar 70 persen dari populasi pada kuartal pertama 2022.

Keunggulan Indonesia dibandingkan banyak negara di kawasan adalah demografi Indonesia yang didominasi warga usia muda membawa keuntungan, mempercepat aktivitas ekonomi kembali normal, terutama apabila mitigasi pandemi terus berjalan efektif, antara lain melalui vaksinasi secara masif dan merata.

Inflasi diperkirakan naik pada 2022 yang dipicu oleh beberapa faktor, seperti momentum pemulihan ekonomi yang lebih kuat, kemungkinan kenaikan harga barang atau jasa yang diatur pemerintah atau administered prices pada bahan bakar minyak atau listrik, dampak kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan kenaikan harga bahan baku yang dibebankan ke konsumen sehingga menyebabkan kenaikan harga jual.

Namun dibandingkan negara lain, Indonesia lebih terinsulasi dari dampak kenaikan harga komoditas karena Indonesia merupakan produsen besar dari berbagai komoditas.

"Meskipun ada peningkatan, namun inflasi 2022 diperkirakan tetap relatif terkendali, dalam rentang 3 persen ± 1 persen, sehingga memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk tetap menerapkan kebijakan yang mendukung pemulihan ekonomi," kata Katarina.

Di tengah perubahan kebijakan moneter global dan normalisasi harga komoditas dunia, untuk rupiah berpotensi sedikit melemah pada 2022. Namun ketahanan fundamental yang baik akan menopang stabilitas nilai tukar rupiah, didukung oleh tiga pilar, yaitu kebijakan moneter dengan prinsip kehati-hatian yang diterapkan Bank Indonesia, ketahanan eksternal yang kuat, dan cadangan devisa yang memadai.

"Selain itu, harapan iklim investasi yang lebih kondusif di 2022 dapat mendorong investasi langsung yang dapat memberikan dukungan bagi stabilitas rupiah. Nilai tukar Rupiah diperkirakan akan berada di kisaran Rp14.500 hingga Rp14.800," ujar Katarina.

Baca juga: Luhut ajak pengusaha jaga momentum pemulihan ekonomi
Baca juga: Menlu Retno: G20 harus menjadi katalis pemulihan ekonomi global
Baca juga: MI nilai reksa dana saham bisa jadi pilihan seiring pulihnya ekonomi

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021