Kalau nanti dia pinjam ya harus dibereskan kembali, dikembalikan
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Agustina Erni berharap keberadaan Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) dapat mengalihkan perhatian anak-anak dari bermain gawai menjadi bermain di luar rumah.

"Mudah-mudahan dengan masa pandemi ini cepat selesai, yang selama ini ada keterbatasan bergerak di luar rumah, semoga selanjutnya aktivitas anak di luar rumah (melalui RBRA, red.) bisa terpenuhi," kata Erni dalam webinar Rapat Akhir Standardisasi dan Sertifikasi Ruang Bermain Ramah Anak, yang diikuti di Jakarta, Senin.

Pihaknya bahkan menemukan anak-anak yang mengalami gangguan penglihatan akibat terlalu banyak bermain gawai selama masa pandemi COVID-19.

"Kemarin kami melihat Sekolah Ramah Anak. Itu anak duduknya di belakang, dia tidak bisa lihat papan tulis. Dia baru sadar ternyata ada gangguan di matanya. Akhirnya dia harus duduk di depan. Anaknya tidak paham, orang tuanya juga tidak sadar kalau mata anaknya terganggu karena terlalu banyak bermain gawai," tuturnya.

Baca juga: Siswa rentan kecanduan gawai akibat pandemi COVID-19

Erni menyebut ada banyak manfaat RBRA bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.

Dia mencontohkan RBRA Taman Cerdas, Solo, Jawa Tengah berhasil membentuk sikap tanggung jawab anak-anak.

Erni menceritakan anak-anak yang bermain RBRA tersebut mampu menjaga balok-balok mainan dengan baik.

"Saya sangat heran dengan anak-anak itu, semua peralatan main yang diberikan itu bisa diurus dengan baik. Itu balok bermain, balok bermain kan banyak. Saya tanya, itu balok bermainnya enggak hilang? Enggak hilang," kata Erni sembari menirukan jawaban anak-anak.

Di RBRA tersebut, anak-anak mampu belajar menjaga dan bertanggung jawab atas mainannya.

"Kalau nanti dia pinjam ya harus dibereskan kembali, dikembalikan," kata Erni.

Dari contoh kecil menjaga mainan, anak-anak belajar tentang toleransi, disiplin dan kebersamaan.

Erni menambahkan RBRA adalah tempat bagi anak-anak untuk bersosialisasi, berekspresi dan melakukan aktivitas bersama teman-teman sebayanya.

"Di situlah kesempatan kita mendidik anak-anak itu bagaimana hubungan sosial dengan sesama, (RBRA, red.) tempat mereka berekspresi, beraktivitas," tuturnya.

Baca juga: Program "Setangkai" langkah Jabar cegah kecanduan game lewat gawai
Baca juga: Kesepakatan-disiplin solusi atasi anak kecanduan gawai, kata psikolog

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021