Saya anak perempuan satu-satunya, menggantikan sosok ibu rumah tangga
Jakarta (ANTARA) - Matahari baru muncul ketika Meisya bersama puluhan anak-anak memadati Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (24/11).

Di depan mereka berjajar beberapa kantong plastik bertuliskan bantuan untuk anak yatim. Tampak di dalamnya berisi sejumlah bahan makanan, seperti beras dan sembako lainnya.

Satu per satu dari mereka membuka kantong plastik itu di sela acara yang dihadiri oleh relawan COVID-19 dan ratusan orang saat itu.

Puluhan anak-anak tersebut juga mendapatkan santunan berupa uang untuk keperluan biaya sekolah hingga perlengkapan sekolah.

Raut Meisya sumringah tatkala saat ia mengangkat kantong plastik berwarna putih tersebut.

Wajahnya tampak begitu bersyukur. Perempuan 19 tahun itu hadir bersama 33 anak yatim, piatu serta yatim-piatu yang menerima santunan dari Pemerintah Kota Jakarta Selatan dan Yayasan Al Kahfi.

Santunan itu secara khusus diberikan kepada mereka karena ditinggal oleh orang tuanya yang meninggal dunia akibat COVID-19.

Meysia menjadi piatu setelah ditinggal ibunda tercinta pada Februari 2021 karena terpapar COVID-19.

Ia tak kuasa menahan kesedihan saat mengenang sang ibu yang menjadi panutan hidupnya.

“Awalnya sakit biasa, ada penyakit bawaan juga. Setelah dibawa ke rumah sakit, langsung isolasi mandiri dan ternyata COVID-19,” kata Meisya.

Kepergian sang ibu lantas membuat hidupnya berputar 180 derajat dari sebelumnya.

Sebagai satu-satunya anak perempuan di tengah keluarga, tanggung jawab dapur pun ia ambil alih menggantikan sang ibunda.

Ia mencuci piring, memasak, hingga mengurus sang adik yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dia anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak laki-laki sudah bekerja dan dia punya adik masih SMA.

"Saya anak perempuan satu-satunya, menggantikan sosok ibu rumah tangga,” katanya menceritakan.

Tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, kepergian saat ibu jua membuatnya menjadi tulang punggung bersama sang kakak.

Dia memutuskan berhenti kuliah untuk membantu ekonomi keluarga, karena sang ayah tak punya pendapatan lagi.

Ia tak mau membebani sang ayah yang memiliki penyakit mata.

Awalnya ibunya membantu cari uang karena ayah sudah tidak bekerja karena ada masalah pada mata. "Saya berhenti kuliah dan bekerja buat urus dan biayai adik,” katanya.

Kendati saat ini dia ibarat "menyelam sambil minum air", Meysia tak patah semangat. Meisya telah ikhlas atas kepergian sang ibu.

Kini dia fokus membantu sang ayah mengurusi persoalan rumah dan adiknya di sekolah.

Dengan bantuan sang kakak, dia yakin dan percaya akan dapat membantu biaya sekolah adiknya. Bahkan ia ingin kembali ke bangku kuliah.

“Ada abang saya juga sudah bekerja,” tuturnya.

Baca juga: Pemprov DKI didorong bantu anak yatim akibat COVID-19
Wali Kota Jakarta Selatan Munjirin berfoto bersama anak-anak penerima santunan di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (24/11/2021). ANTARA/HO-Sudin Kominfotik Jakarta Selatan

Kolaborasi sosial
Memori Meysia tentang kehilangan keluarga hingga putus kuliah akibat COVID-19 menjadi pesan kemanusiaan.

Meysia bersama ribuan atau bahkan puluhan ribu anak lainnya sangat memerlukan bantuan sosial dari para kolaborator di luar sana.

Wali Kota Jakarta Selatan Munjirin saat memberikan santunan di Lenteng Agung itu memastikan bahwa kolaborasi sosial akan terus digalakkan untuk membantu ribuan anak di Jakarta Selatan yang kehilangan orang tua akibat COVID-19.

Di Jakarta Selatan kurang lebih ada 1.276 ada anak-anak yang orang tuanya meninggal karena COVID-19.

Mantan Sekretaris Kota Jakarta Selatan ini pun menegaskan, pihaknya akan mencari kolaborator lain dengan skala besar untuk memastikan anak-anak itu dapat melanjutkan hidup mereka.

“Kita akan coba berkolaborasi untuk skala yang lebih besar. Dan kita mengajak teman teman lurah untuk mencari terobosan yang mengurusi itu,” katanya.

Senada dengan Munjirin, anggota DPRD DKI Jakarta Purwanto mengharapkan kolaborasi sosial mengatasi dampak pandemi terus berjalan.

Menurut dia, usai pandemi, utamanya, anak-anak ini tidak boleh kehilangan pendidikan dengan alasan tak ada biaya.

Karena itu, dia mengajak semua elemen masyarakat untuk bergotong-royong memastikan ribuan anak mendapat kesempatan hidup yang layak.

Bila persoalan COVID-19 dapat secara bersama-sama ditekan dengan berkolaborasi, Purwanto berpandangan mestinya hal serupa juga dapat dilakukan untuk menangani dampaknya.

Kunci utamanya adalah kolaborasi sosial, yakni melakukan hal yang sama untuk bekerja dengan pihak terkait memastikan anak-anak itu tak putus sekolah.

Dia pun berharap langkah dari Kelurahan Lenteng Agung dapat menjadi stimulus bagi wilayah lain di DKI Jakarta melakukan hal yang sama.

“Ketika kita sudah bersama-sama berkolaborasi mewujudkan 'herd immunity', saatnya menangani dampak usai pandemi. Saatnya kita melakukan kolaborasi sosial untuk melakukan penanganan usai COVID-19 kepada korban terdampak,” ujar dia.

Baca juga: Pemprov DKI siapkan bansos anak yatim piatu korban COVID-19
Wali Kota Jakarta Selatan Munjirjn menyerahkan santuan kepada salah satu anak di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (24/11/2021). ANTARA/Sudin Kominfotik Jakarta Selatan

Pendidikan
Pengurus Yayasan Al Kahfi Cabang Jakarta Selatan Adhe Fitri Kamilia mengatakan, pada prinsipnya setiap anak yatim-piatu harus mendapat fasilitas pendidikan.

Pendidikan menjadi salah satu sarana untuk membangkitkan asa dan cita-cita hidup mereka ke depan.

Sebagai organisasi kemanusiaan, Yayasan Al-Kahfi telah memulainya. Di Lenteng Agung, Jagakarsa, mereka telah memiliki 230 lebih anak asuh yang merupakan yatim-piatu.

Dari jumlah itu, sebagian di antaranya merupakan anak yatim-piatu akibat COVID-19.
Di situ mereka mendapat pendampingan belajar setiap harinya untuk memastikan keberlanjutan pendidikan.

Yayasan Al Kahfi juga melihat bahwa pendidikan tidak semata belajar di sekolah saja. Anak-anak itu  juga perlu pendampingan psikologis untuk meringankan beban psikis yang mereka emban.

Pihaknya pun akan terus melebarkan santunan itu agar semakin banyak menjangkau anak yatim-piatu akibat COVID-19 di wilayah Ibu Kota.

Setiap anak yang menjadi anak asuh akan mendapatkan beasiswa pendidikan bulanan (berupa uang) setiap bulan. Besarannya disesuaikan bagi penerima dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi.

Selain itu, mereka juga mendapat paket sembako dan multivitamin setiap dua bulan sekali. Juga kuota internet bulanan hingga fasilitas pendidikan (alat tulis, tas dan sejenisnya) setiap 6 bulan sekali.

Tidak hanya dukungan pendidikan. Mereka juga memberikan bantuan sembako secara rutin dan program peningkatan kemampuan komunikasi, manajemen dan kewirausahaan bagi anak-anak tersebut.

Baca juga: DKI buat program bantuan untuk anak yatim piatu karena COVID
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyerahkan beasiswa kepada anak yatim-piatu akibat COVID-19 di Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (26/9/2021). (ANTARA/HO-Humas Pemprov DKI Jakarta)

Program permanen
Kehilangan orang-orang terdekat mereka yang meninggal akibat COVID-19 perlu direspon dengan program pendampingan secara permanen yang tidak hanya bersifat parsial semata.

Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan banyak perubahan di berbagai aspek kehidupan khususnya bagi anak-anak.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang bekerjasama dengan Unicef dengan pendataan RapidPro. Yakni mencatat anak kehilangan orang tua akibat terdampak COVID-19 sebanyak 29.882.

RapidPro merupakan perangkat lunak berbasis SMS yang dikembangkan oleh Unicef secara global untuk memudahkan kegiatan pemantauan. Juga identifikasi masalah di lapangan dengan memfasilitasi pencatatan data, pelaporan dan pengiriman umpan balik secara aktual.

Data Kementerian Sosial mencatat per 1 November 2021, terdapat 38.360 anak yang menjadi yatim, piatu dan yatim-piatu akibat COVID-19.

Dua data itu paling tidak menggambarkan bahwa ada puluhan ribu anak Indonesia yang memerlukan pendampingan khusus.

Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Nahar menyebutkan, data tersebut menjadi sangat penting untuk menyiapkan program permanen.

Program permanen dimaksudkan untuk memastikan tumbuh kembang anak bisa disiapkan dengan baik oleh pemerintah.

Saat ini Kemensos telah memiliki Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) sebagai layanan rehabilitasi sosial.

Layanan ini menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas dan residensial melalui kegiatan dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak.

Perawatan sosial dan pengasuhan anak juga dilakukan melalui dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial serta terapi mental spiritual. Selanjutnya pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan sosial dan asistensi sosial serta dukungan aksesibilitas.

Kehadiran program ini pun jadi salah satu solusi dari sisi pengasuhan, untuk mengurangi risiko anak yang tidak ada yang mengasuh sama sekali, bahkan buruknya menjadi gelandangan

Namun program ini tentu mesti dipermanenkan guna memastikan kehidupan Mesya-Meysia lain di luar sana.

Dukungan dari lembaga sosial pun diperlukan. Di Jakarta Selatan, Yayasan Al Kahfi sudah memulainya.

Mereka sudah menjaga kebutuhan sehari-hari dan program jangka panjang berupa program beasiswa dan monitoring beragam keahlian untuk anak-anak yatim maupun piatu.

Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021