Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia absen dari reli global pada Jumat, karena pendapatan mengecewakan dari raksasa e-commerce China Alibaba memperkuat kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di dunia, bahkan ketika saham berjangka Eropa dan AS mengindikasikan kenaikan.

Di tempat lain, lira Turki tidak dapat menembus jauh dari rekor terendah pada Kamis (18/11/2021) ketika melemah sekitar 6,0 persen setelah bank sentral, di bawah tekanan dari Presiden Tayyip Erdogan, menurunkan suku bunga lagi bahkan ketika risiko inflasi meluas.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,44 persen dan diperkirakan akan mencatat penurunan mingguan sebesar 1,0 persen, bahkan setelah kinerja kuat di Wall Street semalam didorong oleh pendapatan perusahaan-perusahaan yang positif.

Reli global itu tampaknya akan berlanjut dengan indeks berjangka Euro Stoxx 50 naik 0,41 persen, indeks berjangka FTSE naik 0,42 persen dan indeks berjangka e-mini S&P 500 menguat 0,36 persen.

Situasi lebih lesu di Asia, dengan indeks acuan Hong Kong turun tajam 1,7 persen, terseret oleh saham kelas berat dalam indeks Alibaba.

Saham perusahaan e-commerce China itu anjlok lebih dari 10 persen setelah hasil kuartal keduanya meleset dari ekspektasi karena melambatnya konsumsi, meningkatnya persaingan, dan tindakan keras regulator.

Kenny Ng, ahli strategi di broker Everbright Sun Hung Kai Securities, mengatakan seperti halnya Alibaba, hasil buruk baru-baru ini di Baidu yang jatuh 3,0 persen, dan Bilibili yang sahamnya ditangguhkan, telah memperkuat tren penurunan.

Mengingat perlambatan tajam dalam data ritel China baru-baru ini secara lebih luas, analis di Citi mengatakan dalam sebuah catatan, hasil Alibaba tidak mengejutkan.

Data ekonomi China selama beberapa bulan terakhir juga menggarisbawahi hilangnya momentum pertumbuhan, menyeret turun saham di seluruh wilayah.

Indeks acuan MSCI regional Asia anjlok 13 persen dari level tertinggi Februari, sementara indeks saham MSCI di seluruh dunia berada pada rekor tertinggi.

Analis di ANZ memperkirakan saham Asia akan terus dalam kesulitan.

"Sebuah pertemuan hambatan-hambatan yang kuat sedang dibangun - China yang melambat, harga komoditas yang lebih tinggi pada waktu yang salah dari siklus bisnis, serta sedikit rebound dalam permintaan rumah tangga," kata mereka.

"Masing-masing perkembangan ini, dikombinasikan dengan normalisasi kebijakan moneter, dapat membebani pendapatan dan valuasi pasar saham."

Namun, Nikkei Tokyo berkinerja lebih baik, menguat 0,50 persen setelah Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengumumkan paket stimulus baru dengan pengeluaran senilai sekitar 56 triliun yen (490 miliar dolar AS).

Yen hampir tidak bereaksi terhadap berita tersebut, dan menuju kerugian mingguan kecil, diperdagangkan pada 114,33 per dolar mendekati level terendah hampir lima tahun di 114,97 beberapa hari yang lalu.

Mata uang utama lainnya juga sebagian besar lesu dengan dolar berada tepat di bawah level tertinggi 16-bulan terhadap sekeranjang rekan-rekannya di awal minggu.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS stabil di 1,5942 persen.

"Sudah ada banyak harga dan sebagai hasilnya, kemajuan menuju hasil yang lebih tinggi kemungkinan akan lambat dan ditentukan oleh pergeseran momentum dan perubahan sentimen," kata analis di Westpac dalam sebuah catatan.

Harga minyak melanjutkan volatilitas baru-baru ini. Minyak mentah AS naik 0,96 persen menjadi 79,77 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent naik 0,97 persen menjadi 82,03 dolar AS per barel.

Padai Kamis (18/11/2021), minyak turun ke posisi terendah enam minggu setelah Reuters melaporkan, mengutip sumber, bahwa pemerintahan Biden meminta beberapa negara konsumen minyak terbesar di dunia - termasuk China, India dan Jepang - untuk mempertimbangkan melepaskan stok minyak mentah dalam upaya terkoordinasi untuk menurunkan harga energi global.

Baca juga: IHSG ditutup menguat seiring surplus neraca pembayaran
Baca juga: Rupiah melemah menanti respons The Fed terhadap kenaikan inflasi
Baca juga: Wall Street beragam, indek S&P dan Nasdaq berakhir di rekor tertinggi

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021