Tidak ada kata yang lebih tepat, kecuali terima kasih kami ucapkan kepada semuanya, mohon papa kami dimaafkan jika ada khilaf
Kota Bogor (ANTARA) - Pemakaman jenazah penyiar sekaligus politikus Partai Demokrat Max Sopacua di Gang Sadar, RT02/RW01, Kelurahan Ciomas Rahayu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Rabu siang, diwarnai isak tangis keluarga​​​​​​​.
 
Jenazah Max berangkat dari rumah duka di Gang Kepatihan Kelurahan Ciomas Rahayu, Kabupaten Bogor pada pukul 13.00 WIB menggunakan mobil ambulans Partai Demokrat.
 
Setibanya di Gang Sadar, keranda jenazah Max digotong oleh anaknya Ferro dan warga sekitar menuju lokasi pemakaman keluarganya.

Baca juga: Jenazah Max Sopacua tiba di rumah duka untuk dishalatkan
 
Max dimakamkan satu liang lahat dengan istrinya Tutie Irawati. Ketika jenazah mulai dibuka dari keranda dan diadzani Ferro, tangisnya dan anggota keluarga lain pun tak tertahan.
 
Pemakaman terus berlanjut hingga tanah mulai menutupi liang lahat dan tangis nampak tetap tak tertahan dari anggota keluarga.
 
Kepergian politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selama dua periode pada 2004–2009 dan 2009–2014 itu pun dihadiri warga sekitar.
 
Max yang merupakan tokoh senior Partai Demokrat, selama di DPR ia mewakili Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat IV (2004–2009) dan Jawa Barat V (2009–2014) dan bertugas di Komisi IX dan I DPR, begitu berkesan bagi keluarga.

Baca juga: Anak Max Sopacua: SBY dan AHY telah sampaikan duka kepada keluarganya
 
Sekitar pukul 13.30 WIB, usai tanah menutupi makam ayahnya, Ferro pun memohon doa dan maaf atas segala kekhilafan yang mungkin dilakukan ayahandanya selama hidup.
 
Ferro pun menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran warga yang mengiringi pemakaman Max.
 
"Tidak ada kata yang lebih tepat, kecuali terima kasih kami ucapkan kepada semuanya, mohon papa kami dimaafkan jika ada khilaf," katanya.

Baca juga: Jenazah politisi Max Sopacua akan dimakamkan di Ciomas

Baca juga: Max Sopacua wafat, jenazah dibawa ke rumah duka di Bogor
 
 

Pewarta: Linna Susanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021