Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mengatakan, banjir di Kalimantan disebabkan daerah tangkapan hujan di sana rusak sehingga harus diperbaiki.

"Ya itu karena kerusakan wilayah tangkapan, daerah tangkapan hujan yang sudah berpuluh-puluh tahun, ya itu yang harus kita hentikan," ujar dia, seusai meresmikan Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 1 di Banten, Selasa.

Baca juga: Kondisi banjir makin tinggi, Sintang tambah tempat pengungsian

Baca juga: BNBP: Empat kecamatan di Kabupaten Sintang masih terendam banjir

Baca juga: Mandi di lokasi banjir, dua bocah di Sintang-Kalbar meninggal


Ia mengatakan, air Sungai Kapuas di Kalimantan Barat meluap karena daerah tangkapan hujan rusak dan pemerintah akan fokus memperbaiki daerah tangkapan hujan itu. "Karena memang masalah utama ada di situ," kata dia.

Baca juga: Tiga kecamatan di Sintang dikepung banjir ribuan rumah terendam

Baca juga: Banjir Rendam Enam Kecamatan di Sintang

Baca juga: Kota Sintang Dilanda Banjir


Ia mengatakan pemerintah mulai tahun depan akan membangun daerah tangkapan hujan yang rusak. "Akan ada persemaian, kemudian ada penghijauan kembali di daerah-daerah hulu, di daerah-daerah tangkapan hujan, di area tangkapan, kita perbaiki," kata dia yang berlatar belakang sarjana kehutanan itu.

Adapun selain daerah tangkapan hujan yang rusak, dia mengatakan salah satu penyebab banjir adalah adanya curah hujan yang lebih ekstrem dari biasanya di Pulau Kalimantan.

Baca juga: BNPB: 33.221 jiwa warga di Sintang masih mengungsi karena banjir

Baca juga: Satgas bencana lakukan evaluasi penanganan banjir di Sintang Kalbar

Baca juga: Kabupaten Sintang sediakan 32 tempat pengungsian untuk korban banjir


Sejak lebih dari tiga pekan lalu terjadi banjir bandang di Kabupaten Sintang, yang dilintasi daerah aliran sungai Sungai Kapuas, sungai paling besar di Indonesia. Diperkirakan sekitar 969.000 Hektare daerah aliran sungai di Kalimantan Barat rusak lahan dan kritis, dan yang paling besar adalah DAS Sungai Kapuas.

Pewarta: Rangga Jingga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021