orang tua risikonya masih di atas anak-anak, kita prioritaskan vaksinasi ke lansia dulu yang sekarang masih sekitar 40 persen
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan pemerintah masih memprioritaskan vaksinasi COVID-19 kepada penduduk lanjut usia (lanjut) usia maupun orang dewasa sebelum memberikan kepada anak-anak.

"Jadi memang orang tua risikonya masih di atas anak-anak, kita prioritaskan vaksinasi ke lansia dulu yang sekarang masih sekitar 40 persen, begitu sudah selesai baru kita akan turun ke kelompok-kelompok lain yang risiko fatalitasnya lebih rendah," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan keterangan di Kantor Presiden Jakarta, Senin.

Budi Gunadi menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri rapat terbatas dengan topik "Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)" yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.

Baca juga: Menkes: Vaksin COVID-19 di tiga provinsi mendekati kedaluwarsa

"Khusus imunisasi anak, imunisasi diberikan berbasis risiko, itu sebabnya kenapa nakes (tenaga kesehatan) duluan karena nakes yang sering ketemu pasien," tambah Budi.

Selanjutnya vaksinasi COVID-19 diberikan kepada penduduk lansia.

"Kenapa kemudian orang tua duluan? Karena orang tua secara global 'fatality ratenya' paling tinggi 12 persen, kemudian turun ke usia 40-50 tahun, turun ke dewasa, lalu turun ke anak-anak yang 'fatality ratenya' 0,45 persen jadi di bawah 1 persen," tambah Budi.

Namun terkait dengan dimulainya kegiatan belajar mengajar dengan tatap muka dan interaksi para siswa, Budi menilai bahwa pemerintah tetap menilai untuk melindungi anak-anak maka orang tualah yang harus diberikan vaksin lebih dulu.

Baca juga: Menkes: Sekolah dan melayat picu peningkatan kasus tiga pekan terakhir

"Balik lagi vaksinasi diberikan berbasis risiko, risiko paling tinggi untuk tertular masuk rumah sakit dan wafat itu nakes karena dia terekspose, lalu kedua orang tua karena orang tua kalau kena 'fatality ratenya' 12 persen paling tinggi, jadi memang logikanya kalau orang tuanya belum beres sebaiknya jangan turun dulu ke anak," ungkap Budi.

Apalagi menurut Budi, konsentrasi vaksinator dapat terpecah bila vaksinasi juga langsung diberikan kepada anak-anak.

"Karena nanti konsentrasinya akan terpecah, vaksinnya akan terpecah, vaksinatornya nanti akan terpecah. Jadi kita bantu secepat mungkin selesaikan orang tua, kalau sudah selesai baru ke anak," tambah Budi.

Baca juga: Sepekan, obat COVID-19 hingga MUI haramkan kripto

Sebelumnya diketahui Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meninjau pelaksanaan vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun di Puskesmas Twano, Kelurahan Entrop, Distrik Jayapura Selatan, Jayapura, Papua, pada Sabtu (13/11)

Muhadjir mengatakan bahwa pelaksanaan vaksinasi untuk anak-anak usia 6-11 tahun telah mulai dilakukan di Papua.

Muhadjir menyebut pelaksanaan vaksinasi COVID-19 untuk anak sama pentingnya dengan vaksinasi pada orang dewasa karena akan membuat anak lebih aman dan siap menghadapi pembelajaran tatap muka.

Baca juga: Menkes: Masyarakat disiplin prokes kehidupan bisa kembali normal

Sedangkan Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan, suntik vaksin COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun akan menyasar 26,4 orang. Nantinya, vaksin untuk anak usia 6-11 tahun diberikan sebanyak dua dosis atau dua kali suntikan.

Menurut catatan Kemenkes, saat ini sudah ada 130.616.514 dosis vaksin COVID-19 dosis pertama yang disuntikkan atau 62,72 persen sedangkan vaksinasi dosis kedua sudah diberikan sebanyak 84.552.446 dosis.

Sedangkan ada 1.191.298 dosis vaksinasi dosis 3 yang telah diberikan kepada tenaga kesehatan namun untuk lansia baru ada 9.495.112 dosis pertama (44,05 persen) dan vaksinasi dosis kedua adalah sebesar 5.958.573 dosis.

Baca juga: Menkes tegaskan vaksinasi lansia masih harus digenjot


#ingatpesanibu
#sudahdivaksintetap3M
#vaksinmelindungikitasemua
 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021