Cara sederhana menggunakan drum bekas yang dilubangi,
Bandung (ANTARA) - Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat Dikky Achmad Sidik meminta masyarakat untuk terlibat aktif dalam gerakan sumur resapan sebagai upaya pencegahan banjir.

"Sumur resapan adalah salah satu gerakan yang akan kita launching di Jabar bulan ini sebagai salah satu gerakan untuk memasyarakatkan konservasi air ke dalam tanah," kata Dikky di Bandung, Sabtu.

Gerakan rekayasa konservasi air menggunakan alat sederhana untuk menampung air hujan ke dalam tanah ini rencananya akan dimulai dalam waktu dekat.

Menurut Dikky, ada dua keuntungan bila gerakan sumur resapan ini dilakukan secara masif yakni pertama akan mengurangi debit air yang masuk ke drainase sehingga meminimalkan terjadinya banjir. Kedua, air tanah dapat terisi kembali melalui sumur resapan.

"Dengan gerakan ini debit air pada drainase menjadi berkurang dan bisa me-recharge air tanah lewat sumur resapan ini," ujarnya.

Baca juga: Jabar-Universitas Nottingham kerja sama tingkatkan kualitas lingkungan

Baca juga: DLH Jabar terus tangani pencemaran DAS Citarum akibat limbah feses


Pembuatan sumur resapan tidak perlu menggunakan teknologi khusus tetapi bisa dilakukan dengan sederhana di rumah-rumah.

Dikky menyebut cara sederhana ini sudah pernah dilakukan oleh para Babinsa di Satgas Citarum Harum, yakni dengan menggunakan drum bekas yang dilubangi. Kendati kapasitas penampungan airnya kecil, tetapi cara itu sudah berfungsi sebagai sumur resapan.

"Bisa dengan cara sederhana menggunakan drum bekas yang dilubangi, secara fungsi itu sudah cukup hanya kapasitasnya saja kecil tetapi bila dilakukan dengan masif kan menjadi besar," tutur Dikky.

Pembuatan sumur resapan dengan teknologi khusus akan diperuntukkan baik bagi kantor instansi pemerintah maupun perusahaan swasta.

Dikky mengatakan, Dinas SDA Jabar sudah menentukan model sumur resapan dari PT Danone yang akan dijadikan rujukan. Sumur resapan dengan teknologi tersebut bahkan sudah diterapkan di Gedung Sate dan efektif menyerap air dengan kapasitas besar.

"Model sumur resapan seperti ini sudah kami kaji, seperti yang di Gedung Sate kapasitasnya lebih besar dibanding model lainnya, pembuatannya juga menggunakan limbah plastik yang di daur ulang," katanya.

Gerakan sumur resapan untuk tahap awal akan dilakukan oleh kantor-kantor instansi pemerintah. Menurut Dikky, pemerintah harus memberikan contoh baik kepada masyarakat khususnya dalam konservasi air yang akan berkontribusi mencegah banjir.

"Tahap awal akan dibuat di gedung-gedung pemerintahan supaya pemerintah dapat memberikan contoh ke masyarakat bahwa kita melakukan konservasi air. Jadi jangan hanya mendorong saja, tapi juga harus melakukan," tuturnya.

Dalam upaya pengendalian banjir, Dinas SDA Jabar sudah mengidentifikasi titik rawan banjir khususnya di wilayah yang terlintasi oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung-Cisadane, DAS Citarum dan DAS Cimanuk.

"Di tiap wilayah sungai kita ada titik rawan banjir seperti di BBWS Ciliwung-Cisadane ada di sekitar Bekasi dan Bogor yang menjadi penopang ibu kota," ujar Dikky.

Lalu di wilayah BBWS Citarum, titik rawan banjir jauh lebih banyak lagi karena melewati 13 kabupaten/kota. Untuk DAS Citarum Hulu titik rawannya ada di seluruh Bandung Raya di mana daerah acuannya adalah Dayeuhkolot.

Sementara titik rawan banjir akibat luapan air DAS Citarum hilir ada di wilayah Bekasi, Karawang (pertemuan sungai Cibeet dan Citarum), Subang hingga mengarah ke Indramayu.

"Untuk BBWS Cimanuk titik rawannya di Cirebon, Majalengka, Indramayu dan Cimanuk hulunya yaitu di Garut," katanya.

Baca juga: Upaya Jabar dan WWF Indonesia lakukan konservasi lingkungan hidup

Baca juga: 1.000 sumur resapan dibangun untuk antisipasi banjir di Jakarta Timur

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021