Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Paudikdasmen) Kemendikbudristek Jumeri berharap Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang diikuti 80.000 guru dapat meningkatkan kompetensi guru.

“Melalui program PembaTIK, kita mewujudkan visi Indonesia, yaitu Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, demi terciptanya profil Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bergotong royong dan berkebinekaan global,” ujar Jumeri dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.

Sebanyak 1.020 sahabat Rumah Belajar menyelesaikan kegiatan pembelajaran TIK pada Level 1 hingga empat. Peserta yang mengikuti program PembaTIK diharapkan akan menjadi penggerak komunitas guru di wilayahnya, terutama dalam pemberdayaan TIK.

“Saya ucapkan selamat kepada para guru sebagai aset bangsa yang sangat potensial. Berbagi dan berkolaborasilah dengan guru-guru di komunitas Anda, kobarkan semangat literasi digital, maksimalkan potensi diri dengan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran, teruslah belajar dan menjadi garda terdepan dalam memajukan pendidikan Indonesia,” ujar dia.

Sejalan dengan itu, penulis sekaligus pegiat literasi Maman Suherman mengimbau kepada peserta progran PembaTIK untuk berhati-hati dengan kesalahan mengajar dan kesalahan berkomunikasi.

“Tidak ada anak kurang cerdas. Hanya ada anak yang belum bertemu dengan guru yang baik dan dengan metode pengajaran yang baik. Guru yang baik adalah guru yang mampu memberikan motivasi dan inspirasi,” katanya.

Maman mengatakan terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Pertama, talking time, yaitu dalam mengajar guru berdialog dengan siswa. Hal ini bertujuan agar siswa benar-benar memperhatikan guru selama mengajar.

Kedua, task analysis, sebaiknya guru melakukan interaksi dengan siswanya mengenai impelementasi yang dilakukan pada materi sebelumnya. Ketiga, adalah tracking, di mana para guru diharapkan tidak mengelompokkan para siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya, untuk menghindari siswa dari tekanan dan kecemasan dalam ruang belajar.

Berdialog dengan para siswa, kata Maman, lebih diutamakan di dalam pembelajaran. Seorang guru yang mampu berdialog dengan siswanya akan membangkitkan energi positif yang akan membuat lingkungan belajar menjadi lebih hidup.

Pada era digital, ketepatan, kecepatan mengakses informasi sangat diperlukan dalam dunia pendidikan. Selain itu, melakukan verifikasi dan konfirmasi informasi juga tidak kalah penting dalam proses belajar mengajar.

“Saya yakin, kemampuan para guru sudah luar biasa, dapat mengajar dengan memanfaatkan TIK, tapi permasalahan berikutnya mampukah kemudian mewujudkan keamanan digital?” tanya Maman.

Maman berpesan agar para guru di era digital mampu menjaga proses pembelajarannya supaya TIK tidak digunakan untuk hal-hal yang membahayakan keamanan diri maupun siswa. 

Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021