Moskow (ANTARA) - Pemimpin Belarus Alexander Lukashenko pada Kamis mengemukakan kemungkinan dia dapat menutup transit gas alam ke Eropa melalui Belarus sebagai pembalasan terhadap sanksi baru Uni Eropa yang dijatuhkan atas penanganan migran negaranya.

Uni Eropa pada Rabu (10/11) menuduh Belarus melakukan "serangan hibrida" pada blok itu dengan mendorong ribuan migran yang melarikan diri dari kemiskinan dan daerah yang dilanda perang untuk mencoba menyeberang ke Polandia.

Uni Eropa juga bersiap untuk menjatuhkan sanksi baru pada Minsk.

Lukashenko, yang didukung oleh sekutu dekat Rusia, telah menepis tuduhan itu dan menyalahkan blok 27 negara dan Barat karena memicu krisis di perbatasan negaranya dengan negara-negara Uni Eropa.

Pada Kamis, ia mewacanakan kemungkinan pemutusan pipa gas Yamal yang membawa gas Rusia melintasi Belarus dalam perjalanan ke Polandia dan Jerman.

“Kami sedang membuat gerah Eropa, mereka masih mengancam kami bahwa mereka akan menutup perbatasan. Dan apa yang terjadi jika kami mematikan gas alam di sana?,” kata Lukashenko dalam komentar yang diterbitkan oleh kantor berita negara Belta.

"Oleh karena itu, saya akan anjurkan agar para pemimpin Polandia, orang Lituania dan orang-orang tanpa otak lainnya berpikir sebelum berbicara," katanya.

Pasar gas Eropa, di mana harga telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa pekan terakhir, akan sangat sensitif terhadap gangguan aliran gas Rusia melalui Belarus.

Uni Eropa telah melempangkan jalan bagi sanksi baru terhadap Belarus pada awal minggu depan.

Sumber: Reuters
Baca juga: Perbatasan Lithuania dalam keadaan darurat terkait migran dari Belarus
Baca juga: Ratusan migran bertahan di batas Belarus-Polandia dalam suhu dingin
Baca juga: Pejabat keamanan Belarus dituduh lakukan kejahatan kemanusiaan

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021