Jakarta (ANTARA) - “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya,” begitulah bunyi semboyan yang disampaikan Ir Soekarno dalam pidatonya memperingati Hari Pahlawan, 10 November 1961.

Semboyan tersebut berperan besar dalam mengarahkan segenap bangsa Indonesia untuk senantiasa mengingat kembali jasa-jasa para pahlawan yang telah berkorban, baik jiwa maupun raga demi kemerdekaan Republik Indonesia.

Semboyan itu disuarakan untuk membumi di seluruh penjuru Tanah Air dan mengokohkan kesadaran bangsa Indonesia agar menerapkan nilai-nilai luhur dan semangat para pahlawan dalam kehidupan sehari-hari.

Sekilas menguak tabir sejarah, keistimewaan yang memang sepatutnya menjadi hak milik para pahlawan itu telah diakui oleh negara dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Di dalamnya, ditetapkan 10 November menjadi Hari Pahlawan dan diperingati setiap tahun.

Sebelumnya pada 10 November 1945, Ir Soekarno pun telah lantang menyuarakan tanggal tersebut sebagai Hari Pahlawan karena keberadaan salah satu peristiwa bersejarah, yaitu pertempuran di Surabaya.

10 November 1945

Seperti yang disampaikan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia dalam Pedoman Hari Pahlawan Tahun 2021, pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran besar di Surabaya yang melibatkan tentara Tanah Air dan pasukan Inggris.

Pertempuran itu merupakan perang pertama dari pihak Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, bahkan menjadi pertempuran terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia.

Pertempuran juga tidak luput dari bentrokan senjata antara masyarakat Surabaya dan pasukan Inggris. Bentrokan memuncak saat Pimpinan Tentara Inggris untuk Jawa Timur Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh pada 30 Oktober 1945.

Peristiwa itu tentunya mengundang kemarahan pihak Inggris dan berakibat pada keputusan pengganti Jenderal Mallaby, yaitu Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh yang mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945.

Di dalamnya, pihak Indonesia diminta untuk menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan terhadap pasukan Inggris. Kota Surabaya pun terancam digempur, baik melalui darat, laut, maupun udara jika perintah tersebut tidak ditaati.

Baca juga: Presiden Jokowi berikan gelar pahlawan nasional kepada empat tokoh

Kemudian, keputusan masyarakat Surabaya untuk tidak menaati ultimatum itu menjadi muara munculnya pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.

Medan perang di sana berujung mendapatkan julukan “neraka” karena 20.000 rakyat menjadi korban, bahkan 150.000 orang terpaksa meninggalkan Kota Surabaya.

Banyaknya pejuang yang gugur, masyarakat yang menjadi korban, dan semangat tanpa kenal menyerah dari warga Surabaya membuat pihak Inggris seolah “terpanggang” di “neraka” itu.

Semenjak peristiwa tersebut, Kota Surabaya pun dikenang sebagai Kota Pahlawan. Kemudian, 10 November diperingati pula setiap tahunnya sebagai Hari Pahlawan untuk mengenang dan menghargai setiap jasa dan pengorbanan para pahlawan serta pejuang.

Nyala semangat 45
 
Dalam perjalanan waktu hingga sekarang, meskipun serangan penjajahan secara langsung seperti di masa lalu tidak ditemukan, hal itu bukan berarti membawa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terbebas dari segala potensi perpecahan ataupun ancaman-ancaman lain, seperti permasalahan kemiskinan, penyalahgunaan narkoba, pengaruh paham-paham radikalisme dan terorisme di ruang digital, bahkan musuh terbaru tak kasatmata, yaitu pandemi COVID-19.

Pada kenyataannya, selalu ada tantangan dan ancaman dalam bentuk lain yang patut diwaspadai. Namun, setiap tantangan dan ancaman tersebut tentunya dapat ditangkal dengan beragam cara.

Baca juga: Wapres hadiri Upacara Ziarah Nasional Hari Pahlawan

Bertepatan dengan momentum Hari Pahlawan Tahun 2021 ini, salah satu penangkal ancaman dan jalan keluar dari tantangan yang ada adalah menyemaikan kembali dan menjaga nyala semangat serta nilai-nilai luhur pahlawan di dalam diri setiap bangsa Indonesia.

Hadiah kemerdekaan dan bingkai keberagaman Indonesia dalam kesatuan dan persatuan itu sudah sepatutnya menjadi langkah penyemangat bagi bangsa Indonesia untuk melewati setiap tantangan dan melalui beragam ancaman terhadap keutuhan NKRI.

Semangat dan nilai luhur para pahlawan pun dapat dijadikan sebagai salah satu pendorong menyongsong tantangan terbaru bagi negeri ini di tahun 2045 kelak, yaitu membangun Indonesia Emas.

Seperti yang dikatakan oleh Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 diperkirakan akan mencapai 310 juta orang.

Di masa yang bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia itu, penduduk usia produktif di antara 15 sampai 40 tahun diperkirakan akan berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Dengan kata lain, Indonesia akan didominasi pula oleh generasi muda.

Baca juga: Hari pahlawan, Kemensos tabur bunga di Perairan Kepulauan Seribu

Bonus demografi itu dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk membawa perjuangan para pahlawan dalam memerdekakan NKRI menuju Indonesia Emas di tahun 2045, yakni Indonesia yang lebih baik, maju, sejahtera, bahkan dapat menjadi negara adikuasa.

Secara khusus terkait dominasi penduduk berusia produktif yang berperan mewujudkan mimpi mulia Indonesia Emas 2045 itu, harapan sudah mulai bergerak lebih leluasa di atas pundak para generasi muda sejak saat ini.

Menurut Sekretaris DPD II Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jakarta Pusat Tri Wahyudi Otto, Indonesia Emas 2045 dapat dicapai dengan bersatunya generasi muda dalam membangun komitmen bersama.

Komitmen itu adalah kesadaran bahwa generasi muda terikat pada satu kepentingan yang sama, yaitu mengambil posisi-posisi penting dan strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terlepas dari segala perbedaan latar belakang mereka, entah itu suku, agama, budaya, ataupun bahasa.

Selain itu, Wakil Ketua Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) Irjen Pol (Purn) Hamli mengatakan ada salah satu keterampilan abad XXI yang dapat dijadikan bekal kaum muda untuk membangun Indonesia Emas 2045.

Baca juga: Presiden: Bangsa Indonesia semakin kokoh bagaikan karang diuji zaman

Langkah tersebut adalah meningkatkan keterampilan kualitas karakter, yaitu bagaimana para generasi muda dapat beradaptasi di lingkungan yang dinamis dengan memanfaatkan pemahamannya terkait religiositas, nasionalisme, kemandirian, sikap gotong royong, dan keberadaan integritas bangsa.

Pada peringatan Hari Pahlawan Tahun 2021 ini, sudah sepatutnya semangat dan nilai-nilai luhur pahlawan menjadi langkah pendorong utama bagi segenap bangsa Indonesia, khususnya generasi muda untuk mengambil peran dalam menjaga kemerdekaan, bahkan memajukan negeri ini.

Sudah saatnya, optimisme dari para pahlawan yang membuahkan kemerdekaan dan terjaganya keutuhan NKRI ini selalu dinyalakan dalam mewujudkan cita-cita terbaik di masa depan, terlebih Indonesia Emas 2045.

Mari, sebagai bangsa yang besar, jadikan semangat dan nilai luhur para pahlawan sebagai inspirasi di dalam setiap langkah kehidupan, mulai dari yang bermanfaat untuk diri sendiri hingga bagi bangsa dan negara.

Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021