Untuk harta yang direpatriasi dan diinvestasikan, instrumen fasilitasnya sedang kita atur, bentuk seperti apa yang paling tepat.
Jakarta (ANTARA) - Hawaiki Submarine Cable Limited Partnership, sebuah perusahaan yang mengelola kabel bawah laut dari Selandia Baru melakukan kerja sama pengembangan infrastruktur sistem komunikasi kabel laut lintas pasifik dengan PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo).

Kedua perusahaan ini berencana membangun sistem komunikasi kabel laut dengan nama proyek Hawaiki Nui yang menghubungkan lima negara, yaitu Amerika Serikat, Indonesia, Singapura, Australia, dan Selandia Baru.

"Proyek ini memiliki sistem yang besar 22.000 kilometer dengan kapasitas desain mencapai 240 terabit per detik," kata Founder and Executive Chairman Hawaiki Remi Galasso dalam konferensi pers virtual yang diikuti dari Jakarta, Rabu.

Kerja sama ini akan meningkatkan konektivitas antar wilayah di Asia Tenggara, Australia, dan Amerika Utara melalui jaringan fiber optik yang tidak hanya menguntungkan interaksi bisnis lintas negara tetapi juga memberikan keuntungan besar pada konektivitas wilayah kepulauan, seperti Indonesia.

Merujuk dokumen kerja sama, pekerjaan konstruksi rencananya akan dimulai pada 2022 dengan kabel siap pakai yang diharapkan terpasang pada 2025.

Saat ini, kabel dari Hawaiki telah menghubungkan Australia, Selandia Baru, Amerika, Samoa, Hawaii, dan kawasan barat Amerika Serikat.

Menurut Remi, kerja sama dengan Moratelindo akan menjadi kolaborasi strategis mengingat perusahaan ini menjadi mitra lokal yang akan membantu mengurus perizinan kepada pemerintah Indonesia terkait dengan proyek kabel bawa laut tersebut.

Moratelindo turut memegang peranan penting dalam membangun sistem tepat guna untuk meletakkan dan menata jalur kabel bawah laut.

"Indonesia memiliki peluang untuk menjadi salah satu hub di Asia. Jadi, seluruh hub tradisional seperti Singapura, Hong Kong, dan Jepang akan ke Indonesia, sehingga membangun banyak bisnis dan pekerjaan bagi Indonesia," kata Direktur Utama Moratelindo Galumbang Menak.

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, trafik layanan internet di Indonesia mencapai 39,7 petabit pada Mei 2021. Angka itu meningkat 49 persen dibandingkan trafik pada tahun lalu.

Kebutuhan internet yang melonjak menjadi tantangan bagi penyedia layanan internet. Kebutuhan rute alternatif menjadi sangat penting, khususnya untuk gerbang internasional.

“Dengan adanya rencana pembangunan Sistem Komunikasi Bawah Laut Lintas Pasifik ini, Indonesia akan mendapatkan akses koneksi internasional yang lebih optimal daripada sebelumnya,” pungkas Direktur Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail.

Baca juga: Ini strategi KKP menata semrawut kabel bawah laut
Baca juga: Pushidros AL ungkap semrawutnya bentangan kabel dan pipa bawah laut RI
Baca juga: Kabel bawah laut proyek broadband Palapa Ring Barat digelar

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021