Makassar (ANTARA) - Bermodal semangat dan tabungan seadanya, jenama warung ayam geprek mulai berkibar di sudut perbatasan wilayah Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Merambahnya kuliner warung ayam geprek ini di wilayah itu tidak lepas dari kegigihan sosok perempuan mandiri bernama Rahmawati (28) tahun.

Rahmawati memilih menjadi pelaku UMKM kuliner setelah belasan tahun bekerja di salah satu perusahaan ternama di Makassar.

Alasan banting setir menjadi pengusaha kuliner, selain ingin mengatur jam kerjanya sendiri juga untuk menjaga ibunya di rumah yang sudah lanjut usia.

Dengan bekerja di rumah, ia merasa lebih tenang karena dapat mengurus dan mengawasi ibunya sambil bekerja.

Ayahnya sudah meninggal 10 tahun silam, sehingga sejak itu hanya tinggal berdua dengan ibunya, karena kedua kakaknya sudah menikah dan memiliki masing-masing rumah.

Untuk membuka warung sederhana dengan menu ayam geprek, dilakoninya sendiri. Mulai dari ke pasar membeli ayam potong, kemudian dimasak dan diolah untuk menjadi makanan siap santap, dikerjakannya dari hari ke hari tanpa jenuh.

"Awalnya, hanya 10 ekor ayam per hari diolah untuk dijual. Pembeli ada yang makan di tempat dan ada pula yang membungkus, bawa pulang," kata Rahmawati yang akrab disapa Wawa.

Namun, aktivitas rutin itu yang sudah menghasilkan keuntungan menutupi rasa lelahnya, tiba-tiba dihentakkan dengan mewabahnya Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) pada Maret 2020.

Bukan hanya usahanya yang terpaksa tutup, tetapi juga usaha lainnya yang berjualan makanan. Kebijakan pemerintah yang memberlakukan pembatasan jam operasional dan pembeli tidak boleh makan di tempat, membuat Wawa terpaksa berpikir keras untuk keluar dari masalah itu.

Akhirnya salah seorang temannya yang lebih awal menggunakan aplikasi digital untuk memasarkan produk kulinernya, menyarankan untuk bergabung dengan GoFood yang dikelola perusahaan jasa digital Gojek.

Ajakan tersebut tidak serta-merta diterima Wawa, karena masih ragu dan belum memahami sistem bagi hasil yang ditetapkan Gojek kepada mitranya.

Setelah datang ke kantor Gojek di Makassar dan memperoleh penjelasan yang detail terkait kemitraan dengan pengelola platform digital ini, Wawa pun memutuskan untuk bergabung agar mendapatkan order secara daring. Bukan hanya dari informasi dari mulut ke mulut seperti yang dilakukan selama ini.

Hari pertama bergabung dengan perusahaan aplikasi tersebur, belum ada perubahan yang berarti, karena masih seperti saat menjual "off line" dan pesanan hanya informasi dari mulut ke mulut.

Namun memasuki bulan kedua, orderan mulai datang satu per satu. Bahkan pada bulan ketiga, orderan melalui aplikasi, jauh lebih banyak dibandingkan yang datang sendiri ke warung.

Kondisi tersebut membuat Wawa mulai optimis jika dapat meraup keuntungan dari pembeli daring, minimal sama ketika belum terjadi pandemi COVID-19.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Kalau sebelumnya hanya 10 ekor ayam yang terjual dalam sehari, bertambah dua hingga tiga kali lipat dari jumlah penjualan ketika baru merintis warung makannya.

Untuk memesan bahan baku jualannya pun, tak perlu lagi datang ke penjual, namun cukup menggunakan layanan GoSend semua pesanannya tiba di rumah tanpa bersusah-payah.

Seiring dengan perkembangan penanganan COVID-19 di lapangan, pesanan online (daring) terus meningkat, karena lebih banyak yang membutuhkan makanan tanpa perlu ke luar rumah.

Sementara setelah pemberlakuan adaptasi normal baru, semua kegiatan usaha mulai dibuka lebih longgar, warung ayam gepreknya pun kembali berjalan normal melayani pelanggan yang ingin mencicipi langsung di lokasi.

Bahkan setelah umumnya perusahaan menerapkan Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah sudah kembali bergeser ke Work From Office (WFO) alias bekerja di kantor, Wawa mulai mendapatkan orderan catering untuk sejumlah kantor pemerintah dan swasta di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa.

Sepenggal kisah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) tersebut, hanya bagian kecil dari potret pelaku UMKM yang ada di Sulawesi Selatan, bahkan di Indonesia yang mampu bangkit kembali dengan dijembatani oleh platform digital, setelah terpuruk pada awal masa pandemi COVID-19.
Baca juga: Bamsoet meminta pemerintah genjot penyerapan anggaran PEN
Baca juga: Airlangga: Informasi yang kredibel dan optimis sangat diperlukan
Ilustrasi platform digital yang membantu UMKM bangkit kembali pada masa adaptasi normal baru. ANTARA / Suriani Mappong

Ekosistem digital

Terkait dengan perkembangan usaha pelaku UMKM, Lembaga Demografi Universitas Indonesia (UI) melansir sekitar 90 persen UMKM Makassar terbantu dengan ekosistem digital seperti ekosistem Gojek.

Hal itu dikemukakan Wongkaren, Ph.D selaku Kepala Peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia bersama Vice President Regional Gojek Indonesia Bagian Timur Anandita Danaatmadja.

Hasil survei itu menunjukkan bahwa ekosistem Gojek membuat 90 persen UMKM GoFood merasa lebih cepat beradaptasi di masa pandemi COVID-19, sehingga bisa terus bertahan.

Sedangkan 89 persen UMKM GoFood cenderung optimistis bisa pulih dan tumbuh ke depannya dengan terus menjadi mitra Gojek.

Anandita mengatakan, berbagai inisiatif telah diluncurkan untuk membantu pelaku UMKM di Kota Makassar beradaptasi, sehingga bisa bertahan di saat pandemi COVID-19, dan tetap optimis bertumbuh ke depannya.

Dia percaya, kemudahan dan keamanan akses dalam proses aktivasi kian mendukung mitra UMKM untuk memulai usaha, beradaptasi dan mampu
melebarkan sayap bisnisnya.

Sementara itu, Dinas Koperasi dan UMKM Sulawesi Selatan bersama perusahaan jasa daring mendukung program digitalisasi UMKM untuk menggairahkan pemulihan ekonomi setelah vakum pada masa COVID-19.

"Melalui kerja sama dengan aplikasi perusahaan jasa daring dan pihak terkait diharapkan memberikan solusi yang mendukung UMKM ‘naik kelas’ dengan memanfaatkan sistem digitalisasi," kata Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sulsel Abdul Malik Faisal.

District Head Gojek Makassar Adwin P Anas dan District Consumer Engagement Gojek Makassar Venny Johan mengatakan, pihaknya senantiasa akan menggandeng para mitra pada masa pandemi COVID-19 ini agar dapat menyesuaikan dengan kondisi normal baru.

Karena itu, pihaknya mengajak pelaku UMKM yang belum bergabung secara daring dapat memanfaatkan berbagai keunggulan teknologi platform digital seperti Gojek dan platform lainnya, dengan optimisme perekonomian bisa tumbuh.

UMKM yang sudah berada di dalam sistem daring untuk terus melaju, tidak lupa disertai peningkatan kualitas produk atau jasa layanan, dan kapasitas produksi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga skala usaha dapat terus meningkat.

Selain itu, kondisi saat ini sangat penting mendorong pelaku UMKM di berbagai sektor menjadi formal, sehingga pengambil kebijakan mudah menentukan strategi penyelamatan dan insentif secara akurat, tepat, dan cepat.

Terlepas dari beragam kisah UMKM di lapangan pada masa pandemi hingga mencoba bangkit kembali dan menyesuaikan diri pada masa adaptasi normal baru, telah membuktikan peran penting platform digital dalam menjembatani kebangkitan UMKM.

Sementara sumbangsih UMKM dalam upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), tak perlu diragukan lagi. Karena itu, wajarlah jika pemerintah pusat hingga daerah terus-menerus memberikan perhatian khusus bagi pelaku UMKM, baik dalam bentuk bantuan modal usaha maupun pendampingan.
Baca juga: GoFood solusi mitra UMKM bangkit dan tumbuhkan usaha
Baca juga: Bosch Virtual Chef bantu UMKM kuliner bangkit pasca pandemi

 

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021