Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Pertahanan Amarulla Octavian mendorong penguatan teknologi pertahanan di era Revolusi Industri 4.0 untuk penerapan "Network Centric Warfare" yang lebih efektif dalam operasi militer.

“Kehadiran teknologi IOT (Internet of Things, red.) dan jaringan backbone komunikasi berkecepatan tinggi sangat memungkinkan penerapan 'Network Centric Warfare' yang efektif dalam operasi militer,” kata Amarulla dalam Focus Group Discussion bertajuk “Strengthening Defense Technology in The Era of Internet of Military Things in Supporting The National Defense” yang disiarkan di kanal YouTube Universitas Pertahanan RI Official, Senin.

Network Centric Warfare, kata Amarulla, merupakan konsep operasi militer yang memanfaatkan keunggulan informasi untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan tempur. Peningkatan kekuatan tersebut dapat terjadi melalui integrasi seluruh entitas yang memiliki informasi dalam medan tempur.

Baca juga: Bakamla-Universitas Pertahanan kerja sama maritim

Adapun entitas yang dimaksudkan oleh Amarulla adalah jaringan sensor, jaringan pengambil keputusan, dan jaringan pelaksana. Integrasi yang terjadi, tutur ia, dapat mendorong agar tercapai Keunggulan Informasi.

Keunggulan Informasi adalah kemampuan untuk mengumpulkan, memproses, dan menyebarkan aliran informasi tanpa gangguan dan saat yang bersamaan dapat mengeksploitasi dan menangkal kemampuan lawan untuk melakukan hal yang sama.

Amarulla menjelaskan keunggulan Informasi yang dihasilkan oleh Network Centric Warfare bermanfaat untuk membangun kewaspadaan bersama, meningkatkan kecepatan komando, tempo operasi, daya hancur, hingga survival ability (kemampuan bertahan) yang lebih tinggi, serta memiliki kemampuan self synchronization (sinkronisasi mandiri).

Baca juga: Wapres: Komponen cadangan dan pendukung pertahanan harus dipersiapkan

“Ilustrasi itu menekankan pentingnya penguatan teknologi pertahanan di era Revolusi Industri 4.0 untuk kepentingan pertahanan negara,” ucap Amarulla.

Dengan demikian, pemanfaatan teknologi IOT untuk mendukung implementasi konsep Network Centric Warfare sangat dibutuhkan. Dalam aspek pertahanan dan teknologi IOT telah dipadukan dengan teknologi kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence / AI), komputasi kuantum, dan big data.

Baca juga: Unhan akan berikan gelar profesor kehormatan kepada Megawati

Paduan tersebut mendorong penggunaan beragam satelit dan sensor dalam jumlah yang besar untuk melakukan sintesis data yang diperoleh secara otomatis melalui beragam perangkat keras dan perangkat lunak komputer untuk kepentingan militer.

“Tanpa upaya penguatan teknologi pertahanan, suatu negara akan tertinggal dari negara lainnya di tengah pesatnya kemajuan teknologi pertahanan,” kata Amarulla.

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021