Bandarlampung (ANTARA) - Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Di tanah Nusantara ini terdapat 17.499 pulau dengan total luas sekitar 7,81 juta kilometer persegi (Km2) dan dari total luas wilayah tersebut, 3,25 juta Km2 adalah lautan.

Dengan luas wilayah laut yang ada, Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar, serta menjadi salah satu sektor yang diandalkan dalam pembangunan ekonomi nasional.

Potensi perikanan yang berada di negara kepulauan ini tak hanya ditopang dari perairan laut, tetapi terdapat pula potensi perikanan dari perairan darat.

Melimpahnya potensi perikanan tersebut haruslah sebanding dengan terjaganya ekosistem agar populasi ikan air laut maupun darat tetap terjaga kelestariannya. Karena tanpa pengelolaan serta pengawasan yang baik akan rentan terjadi eksploitasi ekosistem, yang tentunya merugikan masyarakat, serta budidaya.

Baca juga: Startup eFishery gandeng pembudidaya ikan dorong ketahanan pangan

Budi daya ikan

Provinsi Lampung yang berada di ujung Pulau Sumatra memiliki luas wilayah 60.200 KM2 dimana 42,2 persen diantaranya merupakan wilayah perairan dan 58,8 persen lainnya adalah luas daratan. Daerah itu juga mempunyai ragam potensi perikanan yang cukup besar guna menopang perekonomian di daerah itu.

Lampung yang terbagi menjadi 15 kabupaten dan kota, tercatat keseluruhannya ada sekitar 16.623 orang yang berprofesi sebagai nelayan dan 61.471 orang lainnya menjadi pembudi daya ikan air tawar dengan rata-rata produksi per tahun untuk perairan darat mencapai 4363,25 ton dan perairan umum sebanyak 155.000 ton.

Dalam upaya menjaga ekosistem perairan ikan laut sejumlah masyarakat dan nelayan di Lampung pun telah menyadari pentingnya melakukan budidaya di sektor ini guna menjaga keberlanjutan populasinya. Seperti yang dilakukan oleh nelayan asal Teluk Betung, Kota Bandarlampung, Tohadi.

Lelaki paruh baya yang telah berprofesi sebagai nelayan sejak remaja itu bercerita bahwa telah banyak melakukan budi daya perikanan mulai dari ikan kerapu hingga lobster. Pasang surut pendapatan dari sektor perikanan pun telah dirasakannya.

"Saya ini, selain nelayan juga melakukan jual beli ikan serta menjalani budi daya. Bahkan sekarang sedang melakukan uji coba budidaya ikan bandeng air laut," kata dia.
 
Salah satu nelayan yang juga pembudidaya ikan air laut di Lampung, Tohadi. (ANTARA/Dian Hadiyatna)


Menurut Tohadi, sekarang ini mau tidak mau budi daya perikanan harus dilakukan guna menjaga ekosistem kelautan agar terjaga ketersediaan ikan di lautan.

Sebab, meski daerah perairan di Indonesia ini sangat luas para nelayan tidak bisa selalu mengandalkan dari hasil tangkapan alam, karena tahun demi tahun ikan di lautan pun akan semakin terkikis.

Hal tersebut, bisa terjadi dikarenakan bertambahnya populasi manusia serta keserakahan menangkap ikan dengan berbagai cara, belum lagi potensi dari pencemaran oleh industri dapat merusak ekosistem perikanan laut.

"Kalau ikan bakal habis di lautan itu tidak mungkin, tapi semakin berkurang itu dapat terjadi, contohnya di daerah Teluk Lampung, dulu yang airnya jernih tiba-tiba keruh, itu kan karena ada kelalaian manusia yang melakukan pencemaran sehingga ikan mulai sedikit di daerah ini," kata dia.

Oleh sebab itu, pihak terkait harus bersama-sama menyiasati bagaimana populasi ikan air laut ini tetap terjaga, salah satunya dengan melakukan budi daya ikan air laut, selain dapat meningkatkan perekonomian, cara ini pun bisa menjaga ekosistem laut dari kerusakan.

Namun begitu, guna melakukan budidaya ikan air laut, para pembudi daya pun membutuhkan dukungan dari pemerintah, akan tetapi bukan bentuk bantuan yang memanjakan para pembudi daya, melainkan yang memacu pembudi daya untuk berkerja keras.

"Diharapkan dengan adanya dukungan dari instansi terkait pembudi daya dapat terus berusaha untuk berkembang dan mandiri," kata dia.

Baca juga: KKP ingatkan kebutuhan akan komoditas perikanan di RI meningkat

Minapolitan air tawar

Cerita berbeda terdapat di Kabupaten Pringsewu, wilayah tanpa laut tersebut berhasil mengembangkan Kecamatan Pagelaran menjadi kawasan minapolitan budidaya air tawar.

Di kawasan minapolitan budidaya ikan air tawar tersebut luas kolam ikan secara keseluruhan mencapai 1.300 hektare dengan sekitar 5.000 orang menggantungkan kehidupannya dengan menjadi pembudi daya.

Di kawasan yang mengusung konsep ekonomi biru tersebut, mulai dari pembibitan, pelaksanaan budidaya hingga pengolahan ikan menjadi produk siap konsumsi dilakukan secara integrasi sehingga kualitas produk dan pola budidaya dapat terjaga.

Di kawasan minapolitan ini budidaya ikan air tawar tidak hanya dilakukan dengan cara konvensional saja, namun ada pula, sejumlah warga yang melakukan budidaya ikan air tawar menggunakan sistem bioflok di perkarangan rumahnya.

Salah satu pelaku di kawasan minapolitan budidaya ikan air tawar, Fajar mengatakan bahwa hampir seluruh warga di kecamatan ini mantab menjadi pembudi daya ikan air tawar.

Namun, begitu ia mengatakan bahwa di kawasan minapolitan ini pembudidaya masih belum maksimal dalam pemanfaatan kolamnya.

"Misal saya punya luas kolam 1 hektare tapi yang terisi hanya 1.000 bibit, padahal kolamnya mampu mencapai 3.000 bibit," kata dia.

Fajar yang juga Ketua Unit Pengembangan dan Pelayanan (UPP) Perikanan Kabupaten Pringsewu itu mengatakan bahwa di kawasan minapolitan ini jenis ikan budidaya beragam mulai dari lele, patin, jelawat, baung, serta nila dengan keseluruhan produksi satu hari mencapai 30,5 ton.

Adanya kawasan minapolitan di Pagelaran yang dibentuk sejak tahun 2018 ini, menjadi salah satu upaya dalam menjaga ekosistem dan keberlanjutan perikanan darat di Lampung bahkan dengan konsep ekonomi biru yang dilakukan dapat meningkatkan ekonomi warga.
 
Panen ikan air tawar jenis patin di kawasan minapolitan, di Kecamatan Pagelaran, Pringsewu, Provinsi Lampung. (ANTARA/Dian Hadiyatna)


Menjaga ekosistem perikanan

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, Liza Derni mengungkapkan bahwa untuk menjaga keberlangsungan ekosistem perikanan air laut pihaknya terus memberikan pendampingan serta edukasi kepada nelayan terkait cara tangkap yang diperbolehkan.

"Kita selalu melakukan pendampingan, dan memberitahu peraturan-peraturan cara tangkap yang dilarang. Seperti menangkap bayi lobster ataupun menangkap ikan dengan menggunakan bom itu kan tidak boleh, ini kita edukasi terus agar ekosistem perikanan laut ini tetap terjaga," kata dia.

Selain hasil tangkap laut, Lampung pun mencoba menonjolkan hasil tangkap ikan tawar yang pada umumnya tersebar di 15 kabupaten dan kota. Sebagai bentuk upaya menjaga keberlanjutan ekosistem ikan air tawar tersebut pemerintah telah melepaskan 570 bibit ikan air tawar dengan jenis, nila, patin, baung dan jelawat yang merupakan ikan endemik daerah ini ke sejumlah lokasi perairan darat.

"Bahkan dalam upaya restocking ikan air tawar ini pun, kita berdayakan pembudi daya juga dengan memberikan bibit kepada mereka dengan harapan dapat meningkatkan hasil produksi serta ikan-ikan endemik Lampung pun dapat muncul kembali," kata dia.

Adanya semangat budidaya ikan dari masyarakat maupun nelayan baik itu ikan perairan laut ataupun perairan darat tentunya harus terus didukung. Bukan hanya pemberian fasilitas maupun pendampingan saja, namun bantuan permodalan pun perlu diperhatikan agar mereka dapat mandiri.

Dengan semakin banyak orang yang melakukan budidaya produksi perikanan dapat meningkat, bahkan tanpa merusak ekosistem dan mengurangi populasi perikanan.*

Baca juga: KKP kembangkan teknologi budi daya ikan bubara

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021