Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa pandemi COVID-19 
belum dapat diprediksi kapan berakhir, namun salah satu cara untuk dapat mengendalikannya meniadi endemi adalah dengan menekan laju penularan.

"Tidak ada yang tahu kan bagaimana kondisinya. Yang pasti, yang bisa kita lihat kondisinya yang membaik ini pastinya laju penularan yang semakin baik, penanganan pandemi COVID kita yang semakin baik," ujar Nadia saat dihubungi ANTARA pada Rabu.

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 itu mengatakan, endemi merupakan wabah penyakit yang terjadi secara konsisten namun terbatas pada wilayah tertentu saja sehingga laju penyebaran dan penyakitnya dapat dikendalikan atau diprediksi. Penyakit endemi akan selalu ada pada populasi atau wilayah tertentu. Sedangkan pandemi adalah suatu wabah yang menyebar secara luas di dunia seperti COVID-19 dan Flu Spanyol pada masa silam.

Kendati demikian, Nadia menyampaikan prediksi para pakar epidemiologi yang menyebut bahwa pandemi COVID-19 bisa berakhir. Akan tetapi, tidak ada yang dapat memastikan kapan pandemi bisa berubah menjadi sebuah endemi.

Nadia menjelaskan salah satu syarat pandemi bisa berubah menjadi endemi adalah jika penyakitnya bisa terkendali. Pada kasus COVID-19, kondisi laju penularannya terus menurun dan hanya terjadi di beberapa tempat saja.

"Kondisi laju penularannya seperti kita ini, sudah banyak negara-negara yang sudah menurunkan kasusnya. Kalau endemi kan penyakitnya hanya pada beberapa tempat saja dan berpotensi terjadi peningkatan kasus tapi tidak meluas di seluruh wilayah," kata Nadia.

Juru bicara Satgas COVID-19 ini, mengatakan yang bisa dilakukan Indonesia untuk mempertahankan tren penurunan kasus COVID-19 saat ini adalah membuat pandemi lebih terkendali melalui cakupan vaksinasi.

"Itu adalah salah satu syarat untuk bisa terkendali pandeminya ini. Upaya apa yang harus dilakukan? Ya harus menekan terus jumlah kasus tersebut dan memberikan vaksinasi, deteksi dini untuk kasus-kasus yang positif, itu bisa dikendalikan dengan baik tentunya situasinya," ujarnya.

Lebih lanjut Nadia menjelaskan, jika kasus COVID-19 sudah terkendali dan cakupan vaksinasi telah mencapai angka 70 persen dari total populasi penduduk, maka tidak menutup kemungkinan Indonesia bisa seperti negara-negara di Eropa dan Amerika di mana tidak perlu lagi menggunakan masker di tempat terbuka.

"Kita lihat kan kemarin pertandingan Thomas Cup, penontonnya tidak menggunakan jarak lagi, kalau kasusnya sudah sangat rendah, kemudian deteksi dininya sudah sangat baik maka hal-hal itu sangat memungkinkan untuk dilakukan. Artinya prokesnya sudah mulai bisa terkendali," jelas Nadia.

Baca juga: Masyarakat diminta tetap laksanakan prokes agar kasus terkendali

Baca juga: Indef: Indonesia butuh bantuan negara lain agar COVID-19 jadi endemi

Baca juga: Indef: Program PEN mesti tetap berjalan meski COVID jadi endemi

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021