Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa kembali menggelar Bulan Bahasa dan Sastra selama Oktober.

Kegiatan itu tidak hanya untuk memperingati Sumpah Pemuda, mengembangkan dan membina bahasa dan sastra Indonesia, tetapi juga memelihara semangat dan meningkatkan peran masyarakat luas dalam pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra.

“Mari kita sambut perayaan Bulan Bahasa dan Sastra tahun 2021,” ujar Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, E Aminudin Aziz dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Kemendikbud selenggarakan Bulan Bahasa dan Sastra 2020 secara daring

Karena pandemi COVID-19 masih melanda dunia, kata Aminudin, perayaan Bulan Bahasa dan Sastra tahun inu dilakukan secara daring dengan mengusung tema “Berbahasa Sehat, Indonesia Tangguh”.

Menurut dia, tema itu berkaitan erat dengan kondisi Indonesia selama dua tahun terakhir pada masa pandemi COVID-19.

“Kita mendukung kebijakan pemerintah untuk segera mencapai kesehatan masyarakat Indonesia secara sempurna. Berbahasa yang sehat akan mendukung Indonesia tangguh sesuai dengan semangat peringatan kemerdekaan kita tahun ini,” tambah dia.

Ia menambahkan berbahasa sehat juga mengacu pada antisipasi maraknya penggunaan bahasa di media sosial yang berpotensi menimbulkan konflik.

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Kemendikbudristek, Muhammad Abdul Khak menambahkan bahwa butir ketiga Sumpah Pemuda, yaitu menjunjung bahasa persatuan dan bahasa Indonesia, dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam ruang-ruang pertemuan atau di dalam kondisi yang formal akan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama. Selain itu, di ruang-ruang publik seperti pada papan informasi juga diutamakan penggunaan bahasa Indonesia.

“Itu bagian dari upaya kita menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Artinya, diutamakan bahasa Indonesia. Jika kita menuliskan informasi dalam dua bahasa, bahasa Indonesia harus diletakkan di atas bahasa yang lain,” tutur Abdul Khak.

Lebih lanjut, Abdul Khak mengatakan ada dua catatan yang bisa diambil dari tema perayaan Bulan Bahasa dan Sastra 2021. Pertama, dalam kondisi pandemi saat ini harus tetap bergandeng tangan untuk menjaga kesehatan bersama.

Kedua, harus menjaga penggunaan bahasa Indonesia di media sosial. Caci maki atau perundungan harus dihindari dan semua sikap dapat dilakukan dengan berbahasa sehat. "Harapannya tentu kita akan bersatu, sehingga ujungnya adalah Indonesia menjadi tangguh," ucapnya.

Baca juga: Memaknai Sumpah Pemuda dan perlunya merawat bahasa persatuan

Baca juga: Kemendikbud : Bahasa dan sastra terus berkembang


Bulan Bahasa juga menjadi sebuah momen di dunia kreativitas dan seni.

Jubing Kristianto, musisi yang menjadi juri dalam Festival Digital Musikalisasi Puisi Tingkat Nasional mengapresiasi perayaan Bulan Bahasa dan Sastra. Baginya, acara yang paling menonjol salah satunya adalah Lomba Musikalisasi Puisi.

“Ini memang sudah dinanti-nanti oleh komunitas musik atau komunitas sastra Indonesia, ini sangat menarik,” kata Jubing.

Jubing menyampaikan upaya yang dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sangat bagus, karena sudah mencakup segala macam aspek, mulai dari pelatihan, pendidikan, lomba, sampai ada pemilihan duta bahasa. Baginya, hal itu sangat positif, sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya para seniman.

“Kita harus jaga bahasa pemersatu ini. Itu akan terus kita pelihara. Lagu atau musik pun bisa menjadi salah satu alat untuk merekatkan bangsa,” tutur seniman yang juga pemain gitaris klasik tersebut.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021