Jakarta (ANTARA) - Di dalam agama Islam, setiap pemeluknya, sejak pendidikan dasar sudah diajarkan dan dikenalkan dengan Rukun Islam, yang ada lima.

Ini adalah pondasi utama, yang mesti tidak saja harus diketahui, namun juga menjadi ibadah yang harus dilakukan.

Dalam hal urutan-urutan dari lima Rukun Islam itu, memang ada beberapa rujukan yang menempatkan antara zakat dan puasa secara berbeda.

Namun, yang sudah masyhur (terkenal) yaitu: Persaksian tentang dua kalimat syahadat bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah Subhanahu Wa Ta' ala (SWT) dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa pada Bulan Ramadhan dan berhaji ke Baitullah jika mampu.

Nah, zakat adalah salah satu Rukun Islam. Secara umum, zakat adalah bentuk kewajiban yang dikeluarkan dari harta orang yang memiliki kelebihan (muzakki) kepada orang yang menjadi sasaran zakat (mustahik).

Tujuan dari mwnunaikan zakat adalah untuk memberikan sebagian harta kepada orang lain dan juga membersihkan harta milik kita.

Dalam Islam, ada beberapa jenis zakat, yakni zakat fitrah, yang wajib dikeluarkan pada setiap Bulan Ramadhan berupa beras atau makanan pokok lainnya setara dengan 2,5 kg beras.

Lalu, zakat mal, yang dikeluarkan berdasarkan hasil niaga atau penghasilan. Jumlah zakat mal yang wajib diserahkan adalah 2,5 persen dari harta yang diperoleh dari penghasilan.

Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi pada acara diskusi bulanan Yayasan Pesantren Tashwirul Afkar, Senin (12/7/2021) menyatakan pandemi COVID-19 memberikan dampak bagi kehidupan umat, tidak hanya pada aspek kesehatan, tapi juga ekonomi, pendidikan dan lainnya.

Menurut dia, pandemi, bahkan bisa berdampak pada meningkatnya jumlah kemiskinan.

Karena itu, peran zakat, infak, sedekah dan wakaf (ziswaf) yang dikelola secara terlembaga, baik oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Wakaf Indonesia (BWI), di samping membantu darurat medis, diharapkan secara maksimal membantu rakyat kecil agar bisa memenuhi kebutuhan dasar dan menjaga daya beli yang tertekan akibat pandemi COVID-19.


Optimalkan potensi

Dalam sebuah pernyataan virtual, Senin (5/4/2021) Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mengharapkan implementasi zakat dapat ditingkatkan pada Tahun 2021 ini dengan upaya optimalisasi potensi yang ada.

Ia merujuk riset gabungan Baznas dengan berbagai lembaga yang menyebutkan potensi zakat pada 2020 mencapai Rp327,6 triliun, tetapi realisasinya baru mencapai Rp71,4 triliun atau sekitar 21,7 persen.

Sementara, berdasarkan Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ), pada Tahun 2019 tercatat potensi zakat Indonesia senilai Rp233,8 triliun.

Sedangkan data Outlook Zakat Indonesia 2021 menyebutkan potensi zakat Indonesia pada Tahun 2020 mencapai Rp327,6 triliun.

Potensi terbesar Tahun 2020 adalah zakat perusahaan (Rp144,5 triliun), kemudian ada zakat penghasilan dan jasa (Rp139,07 triliun), zakat uang (Rp58,76 triliun), zakat pertanian (Rp19,79 triliun), dan zakat peternakan (Rp9,52 triliun)

Untuk itu, Wapres mengimbau untuk mengerahkan sumber daya yang ada guna meningkatkan kualitas pengelolaan zakat bagi kesejahteraan umat, sekaligus berkontribusi mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia.
"Pet shop" milik Dicky Henri Maulana Harahap atau akrab disapa Dicky, yang saat mahasiswa Jurusan Budi Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan (FKP) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh mendapat beasiswa dari YBM BRI. (FOTO ANTARA/HO-Humas YBM BRI)

Beasiswa YBM-BRI

Sebagai salah satu LAZ nasional, Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI) memiliki program pendidikan melalui pemberian beasiswa kepada mahasiswa.

Beasiwa YBM BRI itu, bahkan berhasil menunjukkan bukti bahwa dengan pendayagunaan zakat, ternyata bisa mengubah posisi seorang mustahik, yang kemudian bertranformasi menjadi muzzaki.

Adalah Dicky Henri Maulana Harahap atau akrab disapa Dicky, mahasiswa Jurusan Budi Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan (FKP) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.

Siapa sangka, berawal dari kecintaannya terhadap kucing, membuat Dicky menjadi seorang pengusaha dengan omzet puluhan juta rupiah setiap bulannya.

Dicky, yang juga merupakan alumni "Awardee Bright Scholarship batch 3" YBM BRI, kini telah sukses membangun usaha toko perlengkapan hewan peliharaan (pet shop) hingga memiliki dua cabang, satu gudang penyimpanan serta mempekerjakan 12 karyawan di Banda Aceh.

Usaha tersebut bermula dari keinginannya untuk meringankan beban orang tua yang semakin kesulitan membiayai pendidikan dirinya dan ketujuh adiknya.

Ayah Dicky bekerja sebagai pedagang minyak keliling, sedangkan ibu Dicky bekerja sebagai pedagang ikan di pasar.

"Saat itu ekonomi keluarga sedang sulit-sulitnya. Bahkan adik-adik saya yang masih sekolah sempat berhenti sementara karena orang tua tidak sanggup membayar SPP. Walaupun kebutuhan saya sudah terpenuhi karena adanya beasiswa Bright Scholarship, saya tetap mau cari uang tambahan untuk membantu membiayai sekolah adik di kampung," katanya.

Selama tinggal di asrama Bright Scholarship Dicky sangat antusias mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh YBM BRI, khususnya di bidang usaha.

Ide usahanya muncul ketika ia melihat kebutuhan pakan kucing di daerah sekitar asrama tinggi. Maka ia memutuskan untuk membuka pet shop kecil-kecilan di garasi asrama yang diberi nama "Harahap Petmart".

Untuk menambah modal usaha, tak jarang ia meminjam uang untuk melengkapi jenis barang atau kebutuhan hewan. Dia juga berdiskusi dengan teman yang jurusannya kedokteran hewan tentang pakan hewan yang tepat. Dia bersyukur, lama-kelamaan usahanya itu semakin berkembang dan didukung oleh teman-temannya dan orang terdekat.

Dicky yang semula hanya menjual pakan kucing kini menyediakan berbagai macam kebutuhan hewan peliharaan.

Tidak hanya itu ia juga membuka jasa memandikan, mempercantik dan penginapan hewan, terutama untuk kucing.

Berkat kerja keras, kesabaran, dan keuletannya, kini usahanya pun berkembang dengan pesat dalam waktu empat tahun.

Dicky yang semula hanya mendapat omzet sekitar Rp1 juta hingga Rp3 juta, kini mampu menghasilkan sekitar Rp30 juta sampai Rp60 juta per bulan.

Saat ini Dicky telah lulus kuliah dan menjadi alumni awardee Bright Scholarship.

Ia sudah tidak bergantung dengan uang pemberian orang tuanya. Bahkan, ia bisa membantu menambah modal usaha orang tuanya sekaligus membantu membiayai pendidikan adik-adiknya.

"Alhamdulillah selain karena ridho Allah, pencapaian ini juga berkat YBM BRI dan teman-teman awardee di asrama," katanya.

Dari uang saku yang diberikan selama pembinaan, ia memiliki modal untuk memulai usaha. Bekal yang paling berharga ialah pembiasaan untuk senantiasa menjaga ibadah "yaumiah".

"Mungkin inilah yang menjadi pembuka pintu rezeki saya dan keluarga," katanya.

Dicky adalah satu di antara mustahik lainnya yang kini telah menjadi muzakki.

Ia menjadi bukti nyata bahwa zakat mampu menjadi salah satu pilar kebangkitan umat jika ditunaikan dan dikelola secara tepat.

Zakat tidak hanya memberi kesempatan bagi mereka untuk mengakses pendidikan, tetapi juga membangkitkan asa mereka untuk mewujudkan cita-cita setinggi-tingginya, dan itu mampu diwujudkan oleh Dicky.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021