Sleman (ANTARA) - Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IX DPR dipimpin Asory Siregar mengadakan kunjungan kerja ke Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka pengawasan penanganan kasus demam dengue, Kamis.

Mereka diterima Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo beserta jajaranya di ruang pertemuan Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman di lantai 3 gedung tersebut.

Ketua Tim Kunjungan Kerja Komisi IX DPR Ansory Siregar dalam kegiatan itu disertai sembilan anggota Komisi IX, termasuk Krisdayanti dan Arzety Bilbina, serta Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron.

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo didampingi Wakil Bupati Danang Maharsa, sekda, asisten sekda, dan Kepala Dinas Kesehatan Sleman.

Bupati Kustini mengatakan kasus demam dengue di Sleman pada 2020 sebanyak 810 kasus dengan kematian dua orang.

"Studi yang dilaksanakan World Mosquito Program (WMP) bahwa pengendalian DBD (Demam Berdarah Dengue) berbasis Wolbachia mampu menekan kasus sebesar 77 persen," katanya.

Menurut dia, implementasi teknologi Wolbachia di Kabupaten Sleman diterapkan pada 13 kapanewon (kecamatan), 39 kelurahan, dan kurang lebih 588 pedukuhan.

Baca juga: Bupati Sleman luncurkan program "Si Wolly Nyaman" kendalikan kasus DBD

"'Grand Launching Rilis Program Si Wolly Nyaman (Wolbachia Nyamuk Aman Cegah DBD Di Sleman)' telah dilaksanakan pada 21 Mei 2021," katanya.

Ia mengatakan demam dengue merupakan penyakit endemis di Kabupaten Sleman dan endemis nasional. Cakupan kasus itu di Sleman yang ditemukan pada 2020 sejumlah 810 kasus dengan "inicident rate" (IR) adalah 53 per 100.000 penduduk masih di atas angka target.

"Terjadi kenaikan kasus 82 kasus (10,12 persen) dibandingkan 2019 jumlah 724 kasus, kematian dua kasus Case Fatality Rate (CFR 0,16 persen) kasus di rumah sakit. Penanganan kasus DBD di Kabupaten Sleman tercapai 100 persen," katanya.

Kustini mengatakan pengendalian dan penanggulangan demam dengue dilihat dari tercapainya cakupan indikator demam dengue yaitu IR 50 per 100.000 penduduk, CFR kurang atau sama dengan satu persen dan penangan kasus 100 persen.

"Dilihat dari kasus per kecamatan tahun 2020 kecamatan tertinggi kasus DBD adalah Prambanan dengan 120 kasus. ini karena Kecamatan Prambanan adalah secara geografis terletak di perbatasan dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan Kabupaten Gunung Kidul yang di mana mobilitas penduduk tinggi dan jumlah kasusnya tinggi," katanya.

Selain itu, Kecamatan Gamping 117 kasus, Mlati 104 kasus, Godean 95 kasus, dan Ngaglik 82 Kasus.

Dibandingkan dengan pada 2019 kasus tertinggi di Kecamatan Depok dengan 121 kasus disusul Gamping dengan 119 kasus, Mlati 97 kasus, Prambanan di urutan 4 dengan 79 kasus, dan Godean 64 kasus.

"Kenaikan kasus ini dipengaruhi juga dengan situasi pandemi COVID-19 dan curah hujan yang tinggi selama tahun 2020, di samping itu juga kurangnya peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) karena pandemi COVID-19," katanya.

Selain itu, kurang optimal kegiatan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (Girij), salah satu kegiatan ini, yaitu pengamatan yang dilakukan koordinator jumantik (kader) melakukan cek silang pantauan di rumah oleh salah satu anggota keluarga dan menuliskan hasilnya di kartu pemantauan tetapi kegiatan tersebut tidak berjalan karena pandemi.

"Upaya lain yang telah dilakukan antara lain mengoptimalisasi Pokjanal DBD Kabupaten, dengan mendorong Pokjanal DBD Kecamatan untuk lebih giat melaksanakan pemantauan kegiatan PSN ke desa," katanya.

Kegiatan yang dilaksanakan sebelum pandemi COVID-19 di Indonesia, yakni Februari 2020, antara lain pemantauan jentik oleh Tim Pokjanal DBD Kabupaten, dengan anggota lintas program dan lintas sektor terkait (Bappeda, Dikpora, Kemenag, Bagian Kesra, Bagian Humas, Bagian Pemerintahan Desa, Polres, Kodim, PKK).

Ansory Siregar menyampaikan salah satu penyakit endemi yang penting untuk diwaspadai adalah demam berdarah yang disebabkan virus dengue karena berpotensi menjadi "double burdened of disesase" (beban ganda penyakit infeksi) di tengah pandemi COVID-19.

"DBD merupakan penyakit endemis di Kabupaten Sleman, yang saat ini menerapkan Wolbachia untuk menekan tingkat penularan kasus DBD kerja sama dengan UGM dan didukung oleh Yayasan Tahija telah melakukan penelitian Aplikasi Wolbachia untuk eliminasi Dengue. Hasilnya efektif menurunkan 77,1 persen kasus dengue, menurunkan kebutuhan perawatan RS hingga 86, 2 persen," katanya.

Ia mengatakan teknologi ini juga terbukti efektif, aman, dan ramah lingkungan. Metode ini dapat menjadi salah satu inovasi program pengendalian dengue yang melengkapi intervensi yang saat ini sudah dan terus dilakukan.

Ansory juga berpesan kepada warga untuk selalu menjaga kesehatan di tengan pandemi agar tidak terjadi peningkatan kasus COVID-19 dan penyakit lainnya, seperti demam dengue.

Dalam kunjungan, pihak DPR juga memberikan paket bantuan kepada Pemkab Sleman berupa 40 raket nyamuk, lusiktisida 24 liter, alat Rapid Diagnostic Test (RDT) 40 ribu unit, vaksin COVID-19 sebanyak 30 ribu dosis serta alat tes cepat antigen 10 ribu unit.

Baca juga: Pakar: Gejala demam dengue dan COVID-19 berbeda pola
Baca juga: Kemenkes: Waspadai KLB demam dengue di masa pandemi COVID-19
Baca juga: Legislator minta pemerintah juga waspadai DBD

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021