Makassar  (ANTARA News) - Program Memory of the World (MOW) yang diluncurkan organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (UNESCO) akan memprioritaskan warisan dokumen yang keberadaanya terancam hilang.

Ketua MOW UNESCO Komite Indonesia, Jan Sopaheluwakan, di Makassar, Rabu, mengatakan bahwa warisan dokumenter ini terancam hilang karena sudah termakan usia dan kondisinya rapuh.

"Sebagian besar warisan dokumenter di dunia hilang karena kertas yang diasamkan dapat hancur lebur dan akhirnya hanya menjadi debu yang tidak bisa lagi digunakan," tuturnya.

Warisan dokumenter dalam bentuk film pun terancam hilang karena kualitas gambarnya yang semakin memudar, kecuali cepat dipulihkan dan disalin.

Selain itu, kata dia, beberapa perpustakaan dan arsip negara juga terkena bencana, seperti banjir dan kebakaran yang mengakibatkan hilangnya warisan dokumen di perpustakaan tersebut.

"Keberadaan program MOW ini bertujuan untuk melestarikan arsip kepemilikan yang tidak ternilai dan koleksi perpustakaan di seluruh dunia dan memastikan diseminasinya secara luas," terangnya.

Dokumen-dokumen tersebut, kata dia, memiliki nilai yang sangat tinggi dan pantas untuk diukir dalam ingatan kolektif dan dijadikan pijakan dalam usaha pengembangan kehidupan berbangsa yang berbudaya.

Program MOW ini, lanjutnya, juga menjadi bentuk kampanye untuk mengingatkan pemerintah, masyarakat umum dan kalangan pengusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang warisan dokumenter.

"Untuk itu, kita perlu mengidentifikasi dokumen yang mempunyai kebermaknaan sejarah, artistik dan spiritual untuk dilestarikan dengan metode yang telah teruji dan memindahkannya ke media yang memiliki daya tahan," tandasnya.

Berkaitan dengan pengusulan warisan dokumenter, setiap negara diperbolehkan untuk mengusulkan maksimal sebanyak dua warisan dokumenter setiap dua tahun.

Warisan dokumenter ini dapat diusulkan oleh setiap orang atau organisasi termasuk pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

"Namun, prioritas akan diberikan kepada nominasi yang dibuat dan melalui Komite Nasional MOW terkait atau melalui komisi nasional UNESCO di negara yang bersangkutan," imbuhnya.

Menurut dia, dengan membuka akses yang seluas-luasnya kepada publik, generasi mendatang akan semakin memahami keunikan sejarah, estetika dan spiritual bangsa sehingga membangkitkan kesadaran sebagai bangsa yang bermartabat.
(T.ANT-103/S016/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010