Solo (ANTARA News) - Kirab pusaka yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta menyambut kedatangan Bulan Syura (Tahun Baru Hijriyah), yang diikuti sekitar 2.000 abdi dalem karaton, Selasa (7/12) malam hingga Rabu dinihari, mendapat sambutan meriah dari masyarakat.

Acara tersebut diawali dengan selamatan kenduri mulai pukul 19.00 WIB dilanjutkan Khol Pakoe Boewono (PB) X di Bangsal Maligi Keraton, lalu tahlilan dilanjutkan Salat Hajad di Masjid Pudjasana.

Pukul 23.15 WIB abdi dalem keraton mendatangkan enam kerbau albino dewasa dan satu anak kerbau untuk dikirab bersama sembilan pusaka.

Kirab pusaka ini mengambil rute dari keraton menuju kawasan Geladak - Telkom - Jalan Kapten Mulyadi-Baturono.

Selanjutnya iring-iringan pusaka dan kerbau Kiyai Slamet itu dibawa menuju keperempatan Gemblegan, kemudian ke utara arah Nonongan - Jalan Slamet Riyadi kembali lewat Gladak dan berakhir kembali ke keraton sekitar pukul 03.00 WIB Rabu (8/12) dini hari.

Kirab pusaka untuk menyambut kedatangan bulan Syura itu merupakan tradisi yang sudah turun temurun.

Dalam kirab tersebut, pusaka keraton menjadi bagian utama pada barisan terdepan, diikuti para pembesar keraton, kerabat dan jajaran keraton yang lengkap dengan pakaian adat, dan masyarakat.

Uniknya, pada lapisan barisan terdepan ditempatkan pusaka yang berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet. Kerbau itu selalu menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat.

Masyarakat Solo dan sekitarnya sampai sekarang masih ada yang menganggap dengan menyaksikan kirab melihat kerbau tersebut akan mendapatkan berkah tersendiri.

Peringatan menyambut kedatangan bulan Syura di Pura Mangkunegaran Solo jatuh Senin (6/12) malam, dan kirab pusaka dilakukan mengelilingi tembik Pura mangkunegaran mulai pukul 19.30 WIB.

Untuk pusaka yang dikirab ada enam tumbak yang dibawa keliling oleh para abdi dalem pura dan diikuti para pejabat pura lainnya, kata Sekretaris Panitia tersebut Mas Ngabehi Supriyanto Waluyo.

"Kirab ini semua dimaksudkan untuk meminta kesalamatan Pura dan Negara Republik Indonesia kepada Tuhan," katanya.

Usai kirab dilanjutkan dengan ritual merebutkan air kembang dan uang logam oleh warga yang yang memadati di halaman pura tersebut.
(J005/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010