Padang (ANTARA) - Mahasiswa dari Universitas Perintis Indonesia (Upertis) yang berada di lingkup Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X memproduksi sabun cuci tangan dengan bahan utama limbah kulit singkong.

Kepala LLDIKTI Wilayah, Prof Dr Herri, MBA di Padang, Selasa, mengaku bangga dengan inovasi yang dibuat oleh beberapa mahasiswa yang berada di lingkup kerjanya tersebut.

"Ini salah satu karya mahasiswa kita yang membanggakan dalam berkreasi menggunakan bahan yang ada di lingkungannya, dengan memanfaatkan bahan buangan dari limbah singkong dan juga sirih dari lingkungan sendiri," ujar Prof Herri.

Ia mengatakan sabun cuci tangan yang dibuat mahasiswa tersebut telah berhasil meraih pendanaan dari Kemendikbudristek dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2021.

Baca juga: Biskuit ulat karya mahasiswa Universitas Brawijaya bisa obati stunting

Sabun ini diberi nama POLASH (Biopolimer Handwash) dengan tekstur berbentuk gel, terbuat dari biopolimer limbah kulit singkong yang berperan sebagai bahan dasar utama yang mengandung amilosa yang berfungsi membentuk gel ketika dipanaskan.

Limbah singkong tersebut diperoleh dari kerja sama dengan industri oleh-oleh makanan khas Sumatera Barat dan daun sirih diambil dari pengepul.

POLASH dikemas dalam kemasan yang mudah dibawa dan praktis digunakan saat mencuci tangan. Harganya pun cukup terjangkau dan murah. Berkisar antara Rp6 ribu sampai dengan Rp10 ribu per botol.

POLASH mengandung anti bakteri. Di dalam sabun ini juga terdapat ekstrak infusa daun sirih yang mengandung 1-4,2 persen kavikol yang memiliki aktivitas sebagai bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan dengan fenol.

Beberapa bakteri yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh senyawa adalah Escherichia Coli, Salmonella SP, Staphylococcus Aureus, Klebsiella, Pasteurella, dan dapat mematikan Candida Albicans.

Prof Herri menginginkan agar produk tersebut bisa dilanjutkan dengan konsep merdeka belajar, dan melibatkan industri untuk memproduksinya dalam skala besar.

"Jadi itulah yang kita inginkan sebenarnya hasil kerja kampus diintegrasikan dengan industri dan bisa menghasilkan barang dan jasa untuk keperluan masyarakat, sehingga tidak lagi mengimpor karena sudah menggunakan hasil produksi anak negeri," ucapnya.

Menurut dia, agar lebih menarik lagi dan bisa dipasarkan secara luas, produk tersebut perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut, baik dari segi bahan, aroma, ukuran dan lainnya sehingga nantinya bisa menggantikan merek lainnya di hati masyarakat.

Pihak LLDIKTI dan Upertis berharap, POLASH menjadi salah satu produk yang bisa mencegah penyebaran COVID-19 dengan selalu menjaga kebersihan tangan. Selain itu, temuan ini diharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk terus kreatif, kritis, dan inovatif. ***3***

Baca juga: Tabir surya karya mahasiswa UNS juarai kompetisi nasional
Baca juga: CCTV COVID-19 cerdas karya mahasiswa UB bantu deteksi pelanggar prokes

 

Pewarta: Laila Syafarud
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021