Jakarta (ANTARA) - Dewan Kesenian Jakarta meluncurkan situs kritik sastra tengara.id dan DKJ NET yang memproduksi konten seni, sekaligus akses publik tambahan untuk produksi pengetahuan dalam jejaring konten digital DKJ.

Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Danton Sihombing mengatakan beradaptasi dan bermigrasi ke platform daring menjadi cara untuk memelihara kedekatan dengan masyarakat yang mendorong peluncuran tersebut.

"Pilihannya tinggal terdistruksi atau mendistruksi (pandemi)," kata Danton dalam konferensi pers daring, Kamis.

Baca juga: Anggota DKJ harapkan musisi jadikan pandemi inspirasi bermusik

Baca juga: Menilik makna "Jeda" di Djakarta Teater Platform 2020


Dia mengatakan program kerja DKJ periode 2020-2023 adalah memperkuat ekosistem kesenian di Jakarta yang diterjemahkan melalui program advokasi, program kesenian berbasis platform, dan pemanfaatan media daring.

DKJ NET dan situs kritik sastra tengara.id adalah wujud pemanfaatan media online sebagai wahana produksi pengetahuan, ruang percakapan dan sekaligus menjalankan fungsi reflektif dalam praktik-praktik kesenian.

DKJ ingin mengisi kelangkaan pertumbuhan kritik sastra dalam kehidupan kesusastraan Indonesia lewat tengara.id.

Sebab, kritik sastra bukan cuma jembatan penghubung karya sastra dan pengarang dengan pembaca, tapi jadi bukti keterampilan seni menulis, keterbukaan wawasan dan kehidupan intelektual.

Kehadiran situs kritik sastra ini menantang kemunculan kritik sastra, pembicaraan karya sastra yang tekun dan bernas, juga pembicaraan yang hangat antara sastrawan tentang kesusastraan dan soal-soal lain di sekitarnya.

Website tengara.id dibidani oleh Komite Sastra periode 2020-2023, Hasan Aspahani, Yusi Avianti Pareanom, Ben Sohib, Jaronah Abdullah, dan Avianti Armand. Situs tengara.id akan dipimpin oleh dua orang editor/redaktur utama dan seorang redaktur pelaksana yang akan bertanggungjawab terhadap pengelolaan situs ini.

Untuk terbitan perdana, hingga satu tahun ke depan, Zen Hae dan Martin Suryawijaya telah bersedia menahkodai pelayaran pertama, dengan Dewi Kharisma Michellia sebagai pelaksana penuh. Setiap terbitan, berkala tiap 4 bulan sekali, akan mengangkat satu tema atau tajuk tertentu, yang terbuka bagi siapa pun untuk menganggapinya.

Sementara itu, Wakil Ketua 1 DKJ Hikmat Darmawan mengatakan ide DKJ NET sebetulnya telah ada sejak beberapa tahun lalu, dimulai dari ide membuat kanal komunikasi dan memfasilitasi produksi informasi penuh ilmu yang ada di DKJ.

DKJ lewat DKJ NET berupaya mengembangkan dan meluaskan “Suara Jernih dari Cikini” dalam khasanah ragam pemikiran dan perspektif seni budaya di Indonesia dan dunia. Ragam luaran pengetahuan dalam kemasan feature audio visual, acara bincang maupun kurasi kearsipan, baik berbentuk video dan podcast dengan perspektif khas DKJ akan tumbuh dan bernaung di DKJ NET.

Kanal DKJ NET akan menawarkan produksi konten seni budaya yang mendalam, kritis, dan khas, tidak menutup kemungkinan juga untuk yang eksploratif dan eksperimental secara estetik.

Konten yang dihasilkan sementara ini diambil dari bahan yang ada di DKJ, nantinya tidak menutup kemungkinan DKJ NET berkolaborasi dengan komunitas dalam membuat konten-konten selanjutnya yang lebih kaya sumber.

Setelah Sayembara Novel, Sayembara Manuskrip Puisi, Sayembara Penulisan Cerita Anak, Sayembara Kritik Sastra, dan Jakarta International Literary Festival, Dewan Kesenian Jakarta berharap tengara.id dapat menjadi platform yang bisa memberi kontribusi bagi perkembangan sastra Indonesia.

Baca juga: Pandemi diharapkan jadi momentum perbaiki infrastruktur industri film

Baca juga: DKJ optimistis banyak karya musisi muda terinspirasi budaya Indonesia

Baca juga: DKJ harap konser fisik dan daring bisa beriringan di pemulihan pandemi

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021