Walaupun tidak lagi bersama, saya akan selalu ada untuk Garuda apabila pikiran dan tenaga saya dibutuhkan
Jakarta (ANTARA) - Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang akrab dikenal Yenny Wahid menyatakan mundur dari jabatan komisaris independen PT Garuda Indonesia (Persero).

Dia beralasan pengunduran diri tersebut untuk mengurangi biaya-biaya yang dikeluarkan perseroan mengingat maskapai pelat merah itu mengalami kesulitan keuangan akibat pandemi COVID-19

"Saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisi saya sebagai komisaris independen," ujar Yenny Wahid melalui akun Instagram miliknya yang dikutip di Jakarta, Jumat.

Lebih lanjut dia menyampaikan rasa percaya terhadap jajaran komisaris dan direksi lainnya akan bisa melanjutkan upaya yang telah dirancang bersama untuk menyelamatkan Garuda Indonesia.

"Walaupun tidak lagi bersama, saya akan selalu ada untuk Garuda apabila pikiran dan tenaga saya dibutuhkan," ujar Yenny Wahid.

Baca juga: Gelar RUPST, Garuda Indonesia kurangi jumlah komisaris dan direksi

"Memang sangat sedih sekali karena walaupun awalnya saya agak setengah segan untuk masuk ke Garuda Indonesia, ternyata begitu di dalam malah jatuh cinta walaupun masalahnya seabrek-abrek," tambahnya.

Yenny Wahid mengaku keputusan mengundurkan diri bukan hal yang mudah, namun pilihan untuk mundur menjadi bentuk upaya kecil demi menyelamatkan keuangan Garuda Indonesia agar tetap bisa mengudara.

"Semoga ini ada manfaatnya untuk Garuda agar bisa lebih banyak lagi terjadi efisiensi biaya, penghematan biaya-biaya ke depannya agar Garuda bisa terus mengudara dengan perkasa," ujar Yenny Wahid. 

Baca juga: Jadi komisaris, Yenny Wahid diminta Erick perbaiki kinerja Garuda

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan Garuda Indonesia hanya sebesar 1,49 miliar dolar AS hingga akhir 2020 atau anjlok 67,40 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Kondisi itu membuat rugi bersih perseroan dari awalnya 38,94 juta dolar AS pada 2019 membengkak menjadi 2,44 miliar dolar AS pada tahun lalu.

Pemerintah lantas memilih opsi untuk melakukan restrukturisasi demi menyelamatkan kondisi keuangan maskapai pelat merah tersebut.

Kementerian BUMN membuka opsi penyuntikan dana melalui Penanaman Modal Negara (PMN) sebagai salah satu strategi untuk menyelesaikan utang perseroan.

Baca juga: Dirut Garuda paparkan utang capai Rp31,9 triliun dan langkah efisiensi

Baca juga: Serikat Karyawan minta Menteri BUMN selamatkan Garuda Indonesia

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021