Jakarta (ANTARA) - Apa jadinya jika karakter dalam game melampaui pemograman yang dibuat oleh para kreatornya dan memiliki kehendak sendiri seperti kebebasan? "Free Guy" memiliki premis cerita yang menyegarkan dan mengajak penonton untuk memasuki dunia game dengan sudut pandang yang berbeda.

Film banyak berlatar di sebuah video game bertajuk "Free City", di mana terdapat Guy (Ryan Reynolds) yang merupakan karakter non-pemain (non-player character/NPC), atau "karakter yang tidak dapat dimainkan" dalam istilah video game. Guy -- diprogram untuk bekerja sebagai seorang teller bank, dan untuk waktu yang begitu lama, ia tidak menyadari bahwa dunianya tidak nyata.

Baca juga: "Nomadland", menyelami sisi lain pengembara modern

"Free City" seakan mengingatkan penonton -- terutama mereka yang menyukai video game -- akan permainan populer "Grand Theft Auto" yang memungkinkan para pemain untuk "bertindak sesuka mereka" seperti membuat kerusuhan dan bersenang-senang sambil menyelesaikan misi-misi yang diberikan.

Film dibuka dengan cara yang sedikit familier akan film-film sejenis, terutama pengaruh dari "Deadpool" -- yang juga diperankan oleh Reynolds dan diusung oleh studio yang sama, 20th Century Studios. Eksposisi menjadi cara yang dipilih untuk membuka film, dengan Guy menceritakan kesehariannya di "Free City".

Tak butuh waktu lama untuk Guy kemudian menyadari hal aneh yang ia rasakan. Di sela harinya yang biasa, ia secara tidak sengaja melihat Molotovgirl / Millie (Jodie Comer). Tak disangka, pertemuannya dengan Millie membuatnya "bangun" dan memiliki hasrat untuk "keluar" dari rutinitasnya sebagai teller bank dan NPC -- yang seharusnya tidak bisa bertindak sendiri dan dimainkan.

Baca juga: "Wrath of Man", perburuan dingin berbalut aksi sengit
"Free Guy" (2021). (ANTARA/Disney, 20th Century Studios)


Berbeda dengan Guy, Millie merupakan seorang pemain (alias manusia) yang memang memainkan game tersebut. Namun, Millie juga merupakan orang di balik pemograman dari video game itu -- yang mana kode-kode game originalnya "dicuri" oleh pemilik perusahaan game Soonami, bernama Antwan (Taika Waititi).

Plot film yang padat membagi waktunya antara permainan yang dihuni Guy dan "dunia nyata" Millie, di mana dia dan mantan mitra pemrograman Walter "Keys" McKeys (Joe Keery) berpisah.

Keys sendiri sekarang bekerja untuk Soonami, perusahaan game besar yang memperoleh proyek awal idealis mereka dan, jika Millie benar, mengubur kode mereka di suatu tempat di dalam "Free City" alih-alih mengembangkannya sesuai kesepakatan

Millie menyelinap ke dalam game, mencoba membuktikan bahwa pengembang tersebut memainkan kecerdasan buatan (AI) dan kode original lainnya. Keys pun sempat merasa bimbang, sampai akhirnya kemunculan Guy yang bertindak di luar program di "Free City" menuai pembicaraan di kalangan komunitas gamers.

Seperti Millie, ia juga mencoba untuk mencari tahu apa yang terjadi di permainan yang ia buat, serta menyelamatkan dunia "Free City" bersama dengan upaya untuk membuktikan kecurigaan Millie akan Antwan.

Di sisi lain, Antwan juga ingin mengembangkan sekuel game tersebut. Namun, sosok Guy yang viral pun membuatnya merasa harus memusnahkan game pertamanya agar para pemain mau membeli sekuelnya.

Baca juga: "Voyagers", soal pilihan percaya akal atau nafsu
"Free Guy" (2021). (ANTARA/Disney, 20th Century Studios)


Kembali ke dunia game, Guy, seperti namanya, merupakan karakter yang begitu biasa dan polos. Dengan pandangan dan kecerdasan yang baru saja ia miliki, kemudian membuatnya menjadi lebih menarik.

Seperti layakanya karakter game, bisa diibaratkan bahwa Guy "naik level" (level up) ke jenjang selanjutnya. Terlebih, kehadiran Millie yang menurutnya begitu keren dan cantik, menjadikan Guy memiliki semangat untuk membantu karakter wanita yang ia sukai itu.

Dinamika keduanya di video game juga begitu menyenangkan untuk disaksikan. Kepolosan Guy ditambah dengan Millie yang sudah sangat cakap beraksi di dunia game rasanya mengajak penonton untuk ikut berada di ruang maya yang sama.

Hubungan antara Millie dan Keys yang merupakan partner di dunia nyata juga menarik untuk disimak. Keduanya yang bersahabat lekat pun memberikan kehangatan tersendiri yang membuat penonton tersenyum.

Seperti layaknya kata Jodie Comer yang memerankan Millie, "Meskipun film ini lebih cocok digambarkan sebagai film bergenre aksi-komedi (action-comedy), terdapat elemen-elemen lain yang menyentuh dan emosional."

Baca juga: "Seobok", menyusuri makna hidup dari klon yang tak bisa mati
"Free Guy" (2021). (ANTARA/Disney, 20th Century Studios)


Bicara soal karakter, tak dapat dielak bahwa kehadiran Antwan yang begitu nyentrik juga membuat film memiliki bumbu cerita yang lebih beragam.

Di sisi lain, "Free Guy" mungkin bukanlah film paling orisinal sepanjang masa, tapi yang penting di sini adalah bagaimana sutradara Shawn Levy bersama penulis Matt Lieberman ("The Addams Family") dan Zak Penn ("Ready Player One") membuatnya segar. Sederhana: Apa yang akan terjadi jika Guy, seorang NPC, jatuh cinta dengan salah satu pemain yang dilihatnya di dalam game?

Meski demikian, "Free Guy" merupakan film yang sangat menyenangkan. Ryan Reynolds sebagai Guy sangat mengasyikkan untuk ditonton. Kehadirannya seakan membuat penonton berpikir secara berbeda tentang para NPC -- dan masa depan. "Bagaimana jika di kemudian hari, hal ini bisa terjadi?".

Hal lain yang membuat film ini menyenangkan untuk ditonton adalah terlebih jika Anda adalah seorang gamer, karena banyak guyonan dan visual yang mengambil referensi dari beberapa game favorit dan populer saat ini.

Baca juga: "Chaos Walking", pertarungan melawan isi pikiran manusia
"Free Guy" (2021). (ANTARA/Disney, 20th Century Studios)


Penonton akan banyak dikejutkan oleh visual, karakter, musik tema, budaya pop, hingga cameo yang sudah sangat akrab bagi para penggemarnya. "Free Guy" juga mengajak kolaborasi mereka yang tergabung di komunitas gaming -- yang tentu sudah tidak asing lagi. Jadi, simak setiap detil kecil di dalam film, dan bersenang-senanglah!

Film ini awalnya dijadwalkan akan dirilis 3 Juli 2020, tetapi ditunda karena pandemi COVID-19, dan kemudian dipindahkan ke 11 Desember 2020.

Pada November 2020, studio menghapus film tersebut, bersama dengan "Death on the Nile", dari jadwal rilis mendatang hingga pemberitahuan lebih lanjut. Bulan berikutnya, film tersebut dijadwal ulang menjadi 21 Mei 2021.

Pada bulan Maret, Reynolds mengumumkan bahwa film tersebut akan kembali dipindah, kali ini ke Agustus 2021. Di Amerika Serikat, film ini akan tayang pada pekan kedua bulan ini.


Baca juga: "White Tiger", "underdog" yang menentukan takdirnya sendiri

Baca juga: "Wonder Woman 1984" ungkap pentingnya kejujuran

Baca juga: Resensi Film - Membayangkan dunia tanpa The Beatles dalam "Yesterday"

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021