dosen-dosen perlu pengalaman riset dari industri
Jakarta (ANTARA) - Program riset terapan vokasi patut dimanfaatkan dosen dan mahasiswa dalam menjawab persoalan di dunia industri dan dunia kerja, sekaligus menciptakan kolaborasi untuk mengatasi permasalahan sosial.

Hal inilah yang mendorong tuntutan bahwa Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV) diharapkan tidak sekadar menjadi lembaga pendidikan pencetak lulusan yang siap kerja di dunia industri.

Namun, diharapkan juga mampu menjadi institusi yang berperan aktif dalam menjawab tantangan dan persoalan di tengah masyarakat. Peran aktif tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui riset terapan.

Menyadari arti penting hasil riset, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan pendanaan melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), menyelenggarakan Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri Dosen PT Vokasi.

Program ini diperuntukkan bagi Dosen Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV) yang didukung oleh Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), khususnya sektor UMKM.

Tim Program Riset Keilmuan Terapan, Lilik Sudiajeng, mengatakan program ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan atau riset terapan berbasis permasalahan riil di dunia industri, kerja, usaha, dan masyarakat.

Program ini ditawarkan kepada para dosen di PTPPV sehingga para periset mampu berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan industri, kerja, usaha, dan masyarakat.

Riset terapan, kata Lilik, sudah sering dilakukan di PTPPV. Misalnya penelitian di bidang industri kayu di Bali. Industri yang menggunakan mesin-mesin impor tersebut belum memberi manfaat kesejahteraan kepada pekerja dan masyarakat sekitarnya.

Akhirnya, melalui riset yang menggandeng industri kayu, menghasilkan modifikasi mesin yang lebih bermanfaat dan meningkatkan produktivitas.

Setelah hasil riset itu diukur, dapat meningkatkan produktivitas hingga 30 persen, serta meningkatkan pendapatan pekerja hingga 170 ribu rupiah per bulan.

Baca juga: Riset terapan vokasi sebagai solusi masalah industri
Baca juga: Kemendikbudristek: Riset harus sesuai dengan kebutuhan riil


Riset Terapan
Model riset terapan yang berguna bagi masyarakat juga dicontohkan oleh DigitalDesa.id, sebuah perusahaan rintisan (start-up) yang dikembangkan oleh Sidik Permana.

DigitalDesa.id, atau dikenal Digides, sejak diperkenalkan pada 2019, kini telah dipakai lebih dari 300 desa se-Indonesia.

Digides membantu teknologi yang dapat memaksimalkan keluaran sebuah pekerjaan di desa-desa. Jadi, sebenarnya desa-desa sudah siap. Tinggal industri masuk ke dalamnya.

Mewakili kalangan dunia usaha, Direktur dan Owner PT Floaton Bahari Indonesia, Hery Supriadi juga melakukan riset terapan pada sektor perikanan.

Hery menciptakan konstruksi apung yang menangkap sampah dan menjadikannya bahan pembuatan pupuk organik.

Heri berharap hasil risetnya dapat digunakan di berbagai wilayah sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Sebab itu, diperlukan kolaborasi riset terapan antara institusi pendidikan, industri, hingga lembaga pemerintah.

Satu contoh kolaborasi tersebut telah diupayakan oleh Kementerian Sosial melalui sejumlah program untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pihaknya berkolaborasi, mengajak alumni berbagai universitas untuk aktif terlibat pada program-program sosial di Kemensos. Lembaga riset terapan, misalnya, menciptakan model desa ramah lansia dan desa sejahtera mandiri.

Baca juga: Kemendikbudristek luncurkan program riset terapan dosen vokasi
Baca juga: Kemendikbudristek: Riset terapan harus hasilkan produk


Kolaborasi
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta Kementerian Sosial, Oetami Dewi, mengatakan kolaborasi memang menjadi salah satu semangat Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri Dosen PT Vokasi. Program ini membuka kesempatan bagi para dosen dan mahasiswa pendidikan vokasi berperan nyata bagi masyarakat.

Sebagaimana disebutkan Kepala LPPSP FISIP UI, Jajang Gunawijaya bahwa dosen-dosen perlu pengalaman riset dari industri atau lembaga yang relevan, agar apa yang terjadi di masyarakat dapat dipahami sehingga hasil riset yang link and match dapat diterapkan untuk dunia kerja.

Program Riset Keilmuan Terapan Vokasi telah bergulir sejak April 2021. Dan bagi yang tertarik masih ada kesempatan untuk mendaftar hingga 6 Agustus 2021 dengan mengakses laman https://ptvp.mitrasdudi.kemdikbud.go.id/.

Sebelumnya Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyampaikan keinginannya agar lebih banyak riset terapan di perguruan tinggi vokasi lebih berorientasi pada pasar. Hal itu supaya riset terapan dapat mengakomodasi kebutuhan pasar.

Menurut Nadiem, riset semacam itu di perguruan tinggi vokasi bukanlah sebuah hal yang sulit. Di mana, kata dia, perguruan tinggi vokasi mestinya sudah didesain untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja. Sedangkan seharusnya output-nya itu inovasi dan terapan di lapangan.

Nadiem menginginkan perubahan untuk mendobrak segala masalah yang kini tengah dihadapi dunia vokasi tersebut. Salah satunya lewat matching fund atau dana padanan.

Dengan adanya matching fund ini harapannya bahwa riset-riset di perguruan tinggi vokasi berorientasi penuh terhadap kebutuhan di pasar dan industri. Dengan begitu ia mengharapkan supaya hasil riset di vokasi dapat terhilirisasi ke dunia industri.

Nadiem menjelaskan, kampus dapat memilih tiga bentuk kegiatan kerja sama dengan industri agar bisa memanfaatkan dana matching fund. Tiga kegiatan itu yakni membentuk pusat riset, melakukan hilirisasi produk atau membangun start up.

Salah satu pilihannya mendanai start up-start up vokasi, mendanai enterpreneur-entrepreneur yang akan kembangkan bisnis berbasis iptek di dalam PTN, PTS vokasi di Indonesia melalui pendanaan start up company.

Jika kampus vokasi berhasil menggaet industri yang berkontribusi dalam bentuk bantuan dana atau barang untuk membentuk start up, Nadiem berjanji Kemendikbudristek akan menggandakan dana yang diberikan industri.

Sementara jika tidak ingin membuat start up, kampus diperbolehkan memanfaatkan dana untuk pengembangan pusat unggulan teknologi bersama industri.

Nadiem menjelaskan visi untuk pendidikan vokasi sebenarnya sangat sederhana yaitu memastikan integrasi antara pendidikan tinggi vokasi dan dunia kerja. Keeratan keduanya bukan sebatas penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) tetapi juga sinkronisasi berbagai aspek agar tercipta lulusan kompeten, produktif, dan kompetitif.

Ini sekaligus menjadi bukti bahwa riset terapan yang efektif merupakan solusi bagi persoalan sosial kemasyarakatan.

Baca juga: Kemenkop gandeng perguruan tinggi cetak wirausaha muda yang produktif
Baca juga: Kampus wirausaha "Polimedia" target cetak lebih banyak entrepreneur
Baca juga: Kemenperin gelar inkubator bisnis guna cetak wirausaha baru

Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021