Solo (ANTARA News) - Komunitas seniman wayang suket Surakarta, Jawa Tengah, akan mementaskan lakon "Minggatnya Cebolang" yang diadaptasi dari Serat Centhini di Gedung Kesenian Jakarta pada 6-7 Oktober 2010.

"Cebolang itu mengisahkan perjalanan seorang pemuda yang sedang mencari jati diri dan ilmu kebahagiaan. Ia adalah anak Kiai Syekh yang telah banyak melakukan dosa," kata Koordinator Penata Artistik Pentas Wayang Suket "Minggatnya Cebolang", Agung Wibowo, di Solo, Selasa.

Ia menjelaskan tentang sosok Cebolang yang tidak mengingini pencarian jati dirinya dengan proteksi dari berbagai pihak termasuk ayahnya.

"Kami ingin memberikan wacana kepada penonton bahwa proteksi yang lahir dari berbagai alasan tidak bisa membuat manusia menemukan jati diri," katanya.

Ia menjelaskan, tentang kaitan atas nilai cerita itu dengan realitas kehidupan saat ini yang antara lain terlihat dalam undang-undang pornografi, rokok, dan foto pranikah.

"Hal tersebut dapat menghambat kreativitas seseorang pada saat melebarkan sayapnya dan mencari jati diri," katanya.

Perjalanan Cebolang, kata dia, bebas dari proteksi pihak manapun termasuk keluarganya.

Tokoh itu, katanya, selama berkelana mencari jati dirinya mengalami berbagai pengalaman hidup, baik yang buruk maupun yang bermoral.

Ia menjelaskan, Serat Centhino menceritakan perjalan hidup Cebolang yang bebas antara lain mulai dari kehidupan sosial dengan berbagai strata, agama, dan bahkan pertemuan dengan berbagai perempuan.

Kisah Cebolang, katanya, mendorong kesadaran manusia bahwa kebahagiaan terkadang diperoleh setelah mengerti arti hidup yang hina.

Pentas "Minggatnya Cebolang", katanya, oleh beberapa seniman komunitas itu dengan dalang Ki Slamet.

Ia mengatakan, saat ini para seniman berada di tahapan awal latihan untuk pementasan itu. Mereka berlatih di Balai Soedjatmoko Solo.

Rencananya, katanya, mereka pentas uji coba di Gedung Lembaga Ilmu Perancis (LIP) Yogyakarta pada 30 September 2010.
(ANT201/M029)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010