Jakarta (ANTARA) - Rencana penyelenggara Olimpiade yang akan mengizinkan penjualan alkohol kepada penonton Tokyo 2020, menuai kritik ketika penduduk ibu kota Jepang bergulat dengan pembatasan aktivitas untuk mencegah penyebaran virus corona.

Alkohol akan disajikan di tempat Olimpiade dalam waktu yang terbatas. Rencana tersebut mengikuti keputusan, Senin, yang menyetujui hingga 10.000 penonton domestik di Olimpiade, yang akan dimulai bulan depan.

Penyelenggara masih mempertimbangkan apakah alkohol akan disajikan di tempat, kata Presiden Tokyo 2020 Seiko Hashimoto, Senin malam, dikutip dari Reuters.

Baca juga: Penyelenggara Olimpiade tetapkan batas 10.000 penonton per arena

Pemerintah Jepang pekan lalu menurunkan status Tokyo menjadi keadaan "darurat semu," yang memungkinkan untuk minum alkohol dalam kelompok kecil untuk waktu yang singkat.

"Masalah terbesar adalah perlakuan istimewa: acaranya bagus tapi bioskopnya buruk. Olimpiadenya oke tapi tempat livenya tidak bagus," tulis @save_the_cinema di Twitter, sebuah kampanye untuk pendanaan darurat untuk bioskop arthouse.

Pertemuan sosial dengan minum alkohol telah menjadi fokus pedoman pemerintah, karena dianggap mendorong meningkatnya jumlah kasus COVID-19 dengan orang-orang berbicara lantang dan berlama-lama di bar.

Persetujuan penjualan alkohol di Olimpiade dapat memberikan secercah harapan bagi sponsor Asahi Group Holdings, yang memiliki hak eksklusif untuk menawarkan bir "Super Dry" terlarisnya kepada penonton yang haus.

Baca juga: WHO bahas pelaksanaan Olimpiade Tokyo bersama IOC

Sponsor Olimpiade, yang memberikan 3 miliar dolar AS untuk mendukung Olimpiade Tokyo, telah mengurangi rencana pemasaran karena kekhawatiran reaksi balik di tengah oposisi publik yang meluas.

Pertanyaan seputar alkohol telah menjadi titik fokus kemarahan publik sebagian karena persepsi bahwa pihak berwenang memprioritaskan penyelenggaraan Olimpiade daripada memulihkan kehidupan sehari-hari penduduk.

Pemerintah Jepang telah mengatakan dapat mengadakan acara tersebut tanpa mengorbankan kesehatan masyarakat. Seorang atlet di antara tim Uganda yang tiba di Jepang pada akhir pekan dinyatakan positif terkena virus corona.

Kasus virus corona di Tokyo, yang memuncak pada April, mulai melandai mendorong pelonggaran pembatasan yang baru-baru ini dilakukan, dengan 236 kasus dilaporkan, Senin.

Sementara vaksinasi meningkat, sebagian besar penduduk belum menerima vaksin pertama mereka 31 hari menjelang Olimpiade.

Baca juga: India protes aturan Olimpiade Tokyo "tidak adil"
Baca juga: Ikuti Nadal dan Thiem, Shapovalov mundur pula dari Olimpiade Tokyo
Baca juga: Olimpiade Tokyo kembali pangkas jumlah ofisial dari luar negeri

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021