Mukomuko (ANTARA) - Situasi di Desa Pondok Batu, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu pada Ahad sore (23/5) berangsur normal setelah banjir di wilayah itu selama tiga hari pada 16-18 Mei 2021.

Masyarakat dari berbagai profesi di wilayah yang berada di antara Sungai Air Hitam dan Sungai Selagan tersebut kembali melakukan aktivitas setelah berhenti sementara karena rumah dan jalan di wilayahnya terendam banjir.

Meskipun banjir telah surut, namun masyarakat masih tetap khawatir akan datang banjir susulan yang berasal dari luapan Sungai Selagan.

Untuk itu, masyarakat di wilayah langganan banjir itu sangat berharap pemerintah tidak hanya membantu memulihkan situasi tetapi juga mencari solusi untuk mencegah banjir.

Masyarakat berharap pemerintah melakukan normalisasi Sungai Air Hitam dan membangun tanggul Sungai Selagan, sebagai upaya untuk mencegah banjir.

Warga Desa Pondok Batu Idham menyatakan salah satu penyebab banjir karena Sungai Air Hitam yang berada di belakang pemukiman penduduk di wilayah ini mengalir tidak lancar melalui drainse.

Idham, yang juga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mengatakan sepanjang aliran Sungai Selagan di wilayah ini membutuh bangunan tanggul penahanan agar tidak meluap ke pemukiman penduduk di wilayah ini.

Baca juga: Kementerian PUPR bantu pasok air bersih korban banjir Bengkulu

Banjir terparah

Banjir di Desa Pondok Batu, Kecamatan Kota Mukomuko, selama tiga hari berturut-turut merupakan terparah setelah banjir tahun 2010 melanda wilayah ini.

Kedalaman banjir yang terjadi di Desa Pondok Batu yang berbatasan dengan Kelurahan Pasar Mukomuko tahun ini lebih tinggi, yakni lebih dari satu meter dan sebagian besar wilayah ini terendam banjir.

“Banjir paling besar yang terjadi di desa ini tahun 2010, setelah itu tahun 2021. Setiap tahun ada banjir yang terjadi di desa ini tetapi banjirnya tidak sampai sebesar tahun ini,” ujarnya.

Banjir yang terjadi di Desa Pondok Batu tahun ini membuat sebagian besar keluarganya dan warga lain di wilayah tersebut mengungsi ke tempat yang lebih aman.

"Semua anak-anak saya mengungsi ke rumah orang tua yang berada di lokasi desa ini tetapi tidak begitu parah terendam banjir,” ujarnya.

Banjir yang terjadi di Desa Pondok Batu termasuk tranbandep tersebut tidak hanya merendam ratusan rumah warga di wilayah ini, termasuk merusak jembatan yang menghubungkan Desa Pondok Batu dengan sejumlah wilayah di Kecamatan Kota Mukomuko.

Baca juga: Mayoritas tanaman jagung rusak akibat banjir

Suburkan sawit

Ia mengungkapkan, banjir yang terjadi hampir terjadi setiap tahun di wilayahnya tidak sepenuhnya membawa dampak buruk, sebaliknya banjir membawa dampak baik bagi masyarakat setempat.

Mungkin bagi sebagian masyarakat, banjir berdampak negatif seperti rusaknya peralatan dari bahan kayu, termasuk barang elektronik, tetapi bagi masyarakat petani kebun kelapa sawit, banjir dapat menyuburkan tanaman kelapa sawit.

Menurut Idham, warga Desa Pondok Batu, semakin sering banjir terjadi di wilayah ini, maka semakin bagus produksi tandan buah segar kelapa sawit milik petani di wilayah setempat.

Idham, yang juga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Desa Pondok Kopi, Kecamatan Teras Terunjam ini menjelaskan karena banjir yang terjadi selama ini membawa lumpur dan lumpur mengandung unsur nitrogen.

Menurutnya, dengan ketebalan lumpur yang menutupi pohon kelapa sawit otomatis tanah mendapat penambahan, dan lapisan tanah di pokok sawit ditumbuhi akar yang kemudian tertimbun.

Setelah tiga sampai bulan bulan banjir berlalu, maka pada masa ini tanaman kelapa sawit semakin subur dan dipastikan akan terjadi peningkatan produksi buah sawit mencapai 200 hingga 300 kilogram per hektare.

“Banjir tidak membawa pengaruh negatif terhadap tanaman kelapa sawit, apalagi sampai merusaknya, justru sebaliknya produksi sawit meningkat tanpa harus dipupuk,” ujarnya.

Ia memastikan, dalam kondisi banjir mengenangi pohon sawit, petani tidak perlu lagi memupuk tanamannya karena material banjir otomatis dan dapat menggantikan fungsi pupuk.

Kendati ada keuntungan yang diperoleh oleh sebagian masyarakat petani kebun kelapa sawit pasca terjadi banjir, namun bencana alam banjir ini tetap banyak mudarat dari pada manfaatnya.

Untuk itu masyarakat di wilayah langganan banjir tetap berharap pemerintah membantu tidak hanya memulihkan situasi pasca terjadi banjir tetapi juga melakukan pencegahan.

Masyarakat berharap pemerintah melakukan normalisasi Sungai Air Hitam dan membangun tanggul Sungai Selagan, sebagai upaya untuk mencegah banjir di wilayahnya.

Baca juga: Banjir di Mukomuko berangsur surut

Darurat bencana

Pemerintah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu sebelumnya menetapkan status tanggap darurat bencana banjir pasca terjadinya bencana alam banjir sejak beberapa hari terakhir.

“Penetapan status tanggap darurat bencana banjir sejak sejak Selasa (18/5) hingga tiga hari ke depan,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mukomuko Syahrizal.

Penetapan status tanggap darurat bencana banjir yang pertama per tiga hari, kalau memang tidak memungkinkan status tanggap darurat bencana banjir ditambah tiga hari lagi.

Tetapi sepertinya kondisi banjir yang melanda Desa Pondok Batu ini sudah mulai surut, kini kondisi jalan sudah kering, banjir yang merendam rumah warga wilayah ini sudah mulai beransur kering, hanya beberapa rumah yang masih terendam banjir.

Petugas BPBD menyiapkan makan dan minum untuk sejumlah keluarga warga Desa Pondok Batu, Kecamatan Kota Mukomuko yang menjadi korban banjir di wilayah ini.

Makanan berasal dari dapur umum di kantor ini, berupa nasi yang sudah siap dibawa ke lokasi banjir untuk dibagikan kepada warga yang menjadi korban banjir di wilayah ini, ujarnya.

Karena daerah ini telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir, sehingga daerah ini bisa menggunakan anggaran yang bersumber dari belanja tidak terduga (BTT).

“Dasar pengambilan dana BTT itu dengan ditetapkan status darurat bencana untuk menalangi makanan orang ini, kalau ada kemungkinan kita gunakan untuk membangun infrastruktur yang rusak akibat banjir,” ujarnya.

Dikatakannya, saat ini instansinya masih melakukan inventarisir untuk menghitung kebutuhan anggaran untuk penanganan bencana alam banjir yang melanda sejumlah wilayah daerah ini.

Ada 370 unit bangunan rumah milik warga yang di Desa Pondok Batu dan Desa Tanah Harapan, Kecamatan Kota Mukomuko yang terendam banjir yang berasal dari luapan Sungai Selagan.

Dari 370 rumah tersebut, ada 332 unit rumah milik warga Desa Pondok Batu dan 38 unit rumah milik warga Desa Tanah Harapan.

Baca juga: Pemkab Mukomuko tetapkan status darurat bencana banjir

Bantuan berdatangan

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Balai Prasarana Pemukiman Wilayah Bengkulu sejak beberapa hari ini menyalurkan air bersih untuk warga yang menjadi korban banjir di sejumlah wilayah di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mukomuko Juni Kurniadiana dalam keterangannya di Mukomuko, Ahad, menyebutkan pihaknya menyalurkan sekitar 12 meter kubik air atau sebanyak 12.000 liter air bersih per hari kepada korban banjir di Desa Pondok Batu, Kecamatan Kota Mukomuko.

Setiap hari tiga mobil tangki menyalurkan air bersih untuk korban banjir di daerah ini. Satu mobil tangki berisi sebanyak empat meter kubik air bersih.

Sampai sekarang sebanyak tiga mobil tangki dari Balai Prasarana Pemukiman Wilayah Bengkulu masih menyalurkan air bersih ke pemukiman penduduk di Desa Pondok Batu di daerah ini.

Balai ini menyalurkan air bersih sampai warga tidak lagi kesulitan mendapatkan air bersih karena sumur gali milik warga di wilayah ini terendam banjir dari luapan Sungai Selagan.

Ia mengatakan Balai menyiapkan sebanyak delapan tempat penampungan air yang diletakkan di beberapa titik pemukiman padat penduduk yang menjadi korba banjir di wilayah ini.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mukomuko bersama dengan relawan menguras sumur warga terdampak banjir di sejumlah wilayah daerah ini karena kondisi banjir yang sudah surut.

“Kita menguras sumur warga menggunakan enam mesin pompa yang dipinjamkan dari Balai Wilayah Sungai Sumatera VII,” ujarnya.

Banjir di Desa Pondok Batu, Tranbandep, Desa Tanah Harapan dan Desa Pondok Kopi selain merendam jalan dan rumah warga di wilayah ini, termasuk merendam sumur warga di wilayah ini.

Baca juga: Polisi di Mukomuko pasang tenda pengungsi korban banjir

Bangun jembatan

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Bengkulu telah menyelesaikan pekerjaan pembangunan jembatan darurat berbahan rangka baja pra-fabrikasi portabel atau jembatan bailey di jembatan yang ambruk akibat banjir di Desa Pondok Batu, Kabupaten Mukomuko.

“Sudah selesai sejak kemaren, Sabtu (22/5), paling kita monitor saja kalau ada yang kurang optimal,” kata Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Mukomuko Budiarto dalam keterangannya di Mukomuko, Ahad.

Ia menjelaskan, penyebab jembatan bailey tersebut dibangun lebih tinggi dari jembatan yang lama karena menyesuaikan dengan jembatan lama yang sudah miring sehingga dengan jembatan bailey harus diganjal sehingga dapat menyesuaikan dengan kemiringan jembatan lama.

Ia menambahkan, aspek teknis pembangunan jembatan jembatan bailey seperti ini, kalau diturunkan lagi nanti jembatan ini menapak di jembatan yang miring sehingga jembatan tidak optimal.

Ia mengatakan, pihaknya telah memberikan bobot maksimal jembatan bailey tersebut sebesar lima ton, bobotnya tidak boleh lebih dari karena dikhawatirkan jembatan tersebut turun.

“Degan posisi jembatan sekarang ini, karena musibah tidak ideal lagi melayani masyarakat. Kita buat jembatan darurat sampai menunggu penanganan lebih lanjut,” ujarnya pula.

Lokasi jembatan ambruk akibat banjir tersebut berada di ruas jalan provinsi, instansinya sebatas sinergi dengan mereka kalau diskusi dengan kawan provinsi dikasih batas lima ton.

Dalam melayani masyarakat pemerintah memang tidak bisa kaku, harus berkoordinasi dengan pemerintah desa, satuan lalu lintas Polres Mukomuko, dinas perhubungan untuk memonitor jembatan agar tidak dilewati kendaraan yang bermuatan lebih dari lima ton.

Masyarakat seyogyanya mematuhi apa yang disarankan, yakni batas maksimal lima ton jangan lebih dari lima ton karena untuk keberlangsungan hidup masyarakat juga.*

Baca juga: Sungai meluap, banjir putuskan jalan provinsi di Mukomuko-Bengkulu

 

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021