Saya kagum melalui AWR kita bisa mengetahui apa yang sedang terjadi dari seluruh wilayah di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - International Fund for Food and Agriculture (IFAD) mengapresiasi pertanian modern yang mulai diterapkan di Indonesia, sehingga memberikan nilai tambah dan keuntungan lebih bagi petani.

Kepala Perwakilan IFAD di Indonesia Ivan Cossio Cortez dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, mengapresiasi penggunaan teknologi tinggi pertanian yang dituangkan dalam Agriculture War Room (AWR).

Menurut Ivan, AWR memiliki kegunaan dan potensi yang besar dalam memberikan informasi yang akurat bagi petani di Indonesia.

"Teknologi tinggi yang diterapkan AWR dapat sangat membantu para petani dalam memberikan informasi yang tepat, kapan petani harus tanam maupun panen, saya kagum melalui AWR kita bisa mengetahui apa yang sedang terjadi dari seluruh wilayah di Indonesia," katanya.

Kementerian Pertanian (Kementan) RI telah lama menjalin kerja sama dengan IFAD dalam upaya membangun pertanian melalui dukungan transformasi pedesaan yang inklusif.

Harapannya, masyarakat pedesaan khususnya petani dapat menjalankan mata pencaharian yang berkelanjutan.

Ivan mengungkapkan petani Indonesia sudah memiliki kemampuan dalam mengolah lahanya secara produktif, namun peran Kementan dalam menyinkronisasikan cara tradisional ke dalam pertanian modern sangat baik, sehingga petani mendapatkan nilai tambah dan keuntungan yang lebih.

"Dukungan program yang dilakukan Kementan terhadap hasil produksi petani tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, namun juga memiliki potensi besar untuk dipasarkan secara lebih luas, sehingga secara ekonomi dapat mendorong peningkatan pendapatan petani," ungkapnya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menghargai upaya IFAD untuk melakukan sinergi dalam mendukung program nasional yang dilaksanakan Kementan, seperti meningkatkan produktivitas, akses pasar dan layanan keuangan pada program Integrated Participatory Development Management of Irrigation Project (IPDMIP).

Selain itu, juga dengan mendorong tumbuhnya agripreneur dan petani milenial pada program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) ataupun pengembangan agribisnis dan penguatan sistem kelembagaan pada program UPLAND.

"Saya mengapresiasi dukungan dan fleksibilitas yang diberikan IFAD kepada manajemen program dalam melakukan penyesuaian implementasi kegiatan di lapangan, khususnya di masa pandemi COVID-19," kata Mentan Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi secara rinci menyebutkan Kementan telah bekerja sama dengan IFAD melaksanakan program IPDMIP, READSI, dan YESS.

Kegiatan utama dari program tersebut antara lain digitalisasi pertanian melalui penguatan kostratani di 5.733 BPP di seluruh Indonesia dan pembangunan petani pengusaha milenial.

Selain itu, juga melakukan penguatan kostratani meliputi pengadaan sarana komputer dan internet, mengkoneksikan 5.733 BPP dengan AWR. Kegiatan kerja sama lainnya membangun 2,5 juta petani milenial dengan memberikan pelatihan tematik, mendampingi petani milenial, hingga mereka berhasil berwirausaha.

"AWR dijadikan sebagai pengelola data pertanian dari kostratani. Di saat yg sama AWR juga digunakan untuk memonitor standing crop tanaman padi di seluruh Indonesia. Informasi ini hingga level kecamatan yang bisa diverifikasi," jelasnya.

IFAD berperan dalam pembiayaan pembangunan pertanian di seluruh negara anggota, termasuk Indonesia.

Selama periode 1980 sampai 2020, IFAD telah memberikan dukungan pendanaan untuk pembangunan pertanian di Indonesia dengan total 669,5 juta dolar AS.

Anggaran ini dialokasikan melalui pendanaan 20 proyek yang tersebar di sejumlah provinsi dengan total penerima manfaat mencapai 3.904.000 KK.

Baca juga: Kementan siapkan pertanian modern melalui "smart green house"
Baca juga: Indonesia perlu lebih banyak agripreneur dan petani milenial
Baca juga: Staf Ahli Menkeu terpilih sebagai Ketua Dewan Pengarah IFAD

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021