Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, masih terus menginventarisasi data kerusakan akibat bencana gempa bermagnitudo 6,7 di bawah perairan Samudera Hindia arah barat daya Kabupaten Malang, Sabtu (10/4)

Hingga berita ini ditulis, pada Ahad sore, sekitar pukul 15.00 WIB, data bangunan rumah yang rusak tercatat sebanyak 68 unit, tersebar di 41 desa 14 kecamatan.

Dari jumlah itu, dampak kerusakan terbanyak terjadi di wilayah Kecamatan Kalidawir sebanyak 26 rumah di 10 desa yang mengalami kerusakan dengan status rusak sedang dan rusak ringan.

Wilayah kecamatan yang mencatat kasus terbanyak kedua setelah Kalidawir adalah Kecamatan Rejotangan dengan 14 unit bangunan rumah alami kerusakan.

Baca juga: Korban terdampak gempa di Tulungagung berharap mendapat bantuan

Baca juga: Puluhan rumah di Tulungagung rusak akibat gempa


Tak hanya berdampak pada rumah hunian warga, gempa juga menyebabkan dua mushala, satu masjid dan satu bangunan pasar mengalami rusak ringan.

Sementara korban luka-luka dilaporkan sebanyak dua orang. "Untuk rumah yang terdampak, rata-rata rusak sedang dan rusak ringan. Tidak ada yang rusak berat," kata Kepala Pelaksana BPBD Tulungagung Suroto.

Saat ini, data kerusakan yang sudah dilaporkan tengah diverifikasi oleh petugas. Jumlah kerugian secara nominal rupiah juga masih dihitung. Namun diprediksi angkanya mencapai miliaran rupiah.

"Pendataan jumlah (bangunan yang) rusak belum selesai. (Estimasi) kerugian juga masih dihitung," kata Suroto.

Bupati Tulungagung Maryoto Birowo bersama Kapolres AKBP Handono Subiakto dan Dandim 0807/Tulungagung Letkol Inf Mulyo Junaidi sempat meninjau langsung sejumlah rumah dan fasilitas publik yang rusak.

Bupati Maryoto menginstruksikan agar pendataan dampak gempa dipercepat dan dimatangkan. Selain dibutuhkan untuk rapat koordinasi pelaporan dampak bencana gempa ke Pemprov Jatim, data tersebut akan menjadi acuan kebijakan daerah dalam penyaluran bantuan awal.

"Petunjuk Pak Bupati, akan dibantu sesuai material yang dibutuhkan. Bisa berupa asbes, genting, bata merah, semen dan sebagainya," kata Suroto menjelaskan.

BMKG pusat telah mengeluarkan rilis resmi terkait gempa bermagnitudo 6,7 tersebut. Dalam rilis itu, dijelaskan bahwa hampir seluruh wilayah Jawa Timur terdampak gempa.

Gempa ini terjadi akibat gerakan subduksi lempengan. Di titik ini pula pernah terjadi gempa yang merusak pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963 dan tahun 1972. (*)

Baca juga: Gempa magnitudo 4,7 getarkan Bantul hingga Tulungagung

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021