Jakarta (ANTARA) - Pada masa kehamilan, perempuan dua kali lebih rentan terkena depresi dibandingkan dengan laki-laki, begitu pun pasca melahirkan para ibu memiliki risiko yang sama.

Depresi pasca melahirkan biasanya terjadi beberapa hari setelah melahirkan dan jangka waktunya berbeda-beda setiap orangnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan depresi yakni biologis, psikologis dan sosial.

Spesialis kedokteran jiwa, dr. Daniella Satyasari, Sp.KJ dari Klinik Health360 Indonesia mengatakan biologis adalah faktor hormonal yang menjadi penyebab depresi, sebab selama masa kehamilan dan melahirkan hormin pada tubuh wanita naik dan turun yang menyebabkan perubahan perilaku.

"Ada juga masalah ketidakseimbangan zat kimia seperti dopamin, serotonin, NE, GABA, Glutamat. Kalau psikologis itu berhubungan dengan pola asuh, kepribadian, kemampuan adaptasi dan stressor tertentu," kata dr. Daniella dalam bincang-bincang virtual, Selasa.

Baca juga: Pelaku "mom shaming" kebanyakan orang terdekat

Baca juga: Atasi "baby blues" dengan berolahraga


Faktor sosial dipengaruhi oleh dukungan pasangan, keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan dan budaya. dr. Daniella mengatakan kurangnnya dukungan pasangan merupakan salah satu penyebab dari depresi yang dialami oleh seorang ibu pasca melahirkan apalagi jika suami tidak ambil bagian dalam mengurus anak.

dr. Daniella menyebutkan beberapa gejala dari depresi pasca melahirkan seperti menangis terus-menerus, marah yang tak kunjung selesai, gelisah berlebihan, kelelahan, perubahan suasana hati yang ekstrim, kesulitan tidur dan hilang nafsu makan.

"Mulai menjauhi orang-orang sekitar, merasa jauh dari anak, ketakutan berlebihan, ada pikiran untuk bunuh diri, pesimis, ragu sama diri sendiri untuk mengurus anak," ujar dr. Daniella.

Meski demikian, depresi pasca melahirkan dapat disembuhkan dan mayoritas penderitanya bisa pulih dengan melakukan terapi.

"Jika seorang ibu merasa terkena depresi, hal pertama yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis kejiwaan. Selain itu, dukungan keluarga, terutama suami merupakan hal yang paling dibutuhkan oleh para ibu dalam menghadapi depresi postpartum," ujar dr. Daniella.

Baca juga: Atasi baby blues sejak dini

Untuk mengatasi gejala awal depresi pasca melahirkan, dr. Daniella menyarankan menerapkan PAHA atau Penerimaan, Adaptasi, Hindari dan Alihkan.

"Jadi ibu kan tidak ada sekolahnya, tiba-tiba jadi ibu enggak tahu harus berbuat apa jadi terima dulu statusnya sekarang menjadi ibu, kita belajar juga untuk menerima dan jalani hidup saat ini. Pikirkan saja saat ini, tantangan berikutnya akan beda lagi," ujar dr. Daniella.

dr. Daniella mengatakan sangat normal untuk kesulitan beradaptasi pasca melahirkan, bahkan penelitian menyebutkan seorang ibu membutuhkan waktu 4-5 bulan untuk beradaptasi dengan bayinya.

Hindari juga hal-hal yang bisa menambah perasaan sedih dan cemas seperti kurangi menggunakan media sosial yang mampu membuat depresi dan berhenti membandingkan antara diri sendiri dan ibu lain.

"Alihkan perasaan tidak nyaman itu dengan hal lain, kalau butuh waktu sendiri bilang pada pasangan atau keluarga. Kita bukan robot yang enggak bisa sedih. Selfcare bukan egois kalau kita bisa jaga diri kita, kita juga bisa jaga orang lain," kata dr. Daniella.

Baca juga: Poppy Sovia sempat frustasi saat baru jadi ibu

Baca juga: Psikolog: Cemas jadi orangtua itu wajar


Baca juga: Cara Tasya Kamila bertahan dari sindrom "baby blues"

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021