Jakarta (ANTARA) - Pencarian korban serta puing pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di Kepulauan Seribu terkendala jarak pandang dan arus kencang.

Direktur Operasi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Brigjen TNI Rasman MS menyebutkan faktor cuaca yang diwarnai hujan menjadi kendala utama para penyelam.

“Faktor cuaca, bahaya kalau menyelam dalam kondisi begini,” ujar Rasman di Jakarta, Kamis.

Dalam kesempatan yang sama, Pasops Satgasla SAR TNI AL Letkol Laut (P) Faruq Dedy menyebutkan kendala cuaca, baik di atas permukaan maupun bawah air menyulitkan para penyelam.

Hal itu mengakibatkan jarak pandang para penyelam dari unsur Dislambair, Kopaska, Denjaka dan Yontaifib sangat terbatas, hanya sekitar 10-20 sentimeter.

Baca juga: Basarnas kumpulkan 324 kantong jenazah korban pesawat SJ-182
Baca juga: Basarnas pastikan tanda SOS di Pulau Laki tidak terkait Sriwijaya Air
Prajurit Kopaska TNI AL mengangkat puing pesawat Sriwijaya Air PK-CLC nomor penerbangan SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (20/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj. 
Selain itu, gelombang air beberapa hari terakhir dinilai kurang baik dengan ketinggian lebih sampai dua meter di atas permukaan air.

“Arusnya cukup kencang sehingga penyelam menunggu waktu yang pas, makanya tidak signifikan pengambilan materialnya,” ujar Faruq.

Namun Faruq memastikan pencarian tetap berlangsung dengan mengutamakan keselamatan para penyelam.

Sampai saat ini, tim SAR belum menemukan perekam suara kokpit pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Namun tim penyelam masih menemukan bagian dari jasad penumpang pesawat tersebut.

Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor register PK-CLC SJ-182 yang menerbangi rute Jakarta-Pontianak pada Sabtu, 9 Januari 2021, jatuh di  perairan Kepulauan Seribu.

Pesawat Boeing 737-500 yang lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, pada Sabtu (9/1) pukul 14.36 WIB itu menurut data manifes membawa 62 orang yang terdiri atas 50 penumpang dan 12 kru.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021