Peningkatan permintaan komoditas akan ikut mendorong ekspor Indonesia mengalami peningkatan ke depannya dan mampu menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VI DPR RI Amin Ak mengingatkan agar berbagai FTA atau perjanjian perdagangan bebas yang telah dilakukan dengan berbagai negara dan kawasan internasional harus dapat dioptimalkan guna memulihkan perekonomian nasional.

Amin Ak dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, mengutarakan harapannya agar Kementerian Perdagangan (Kemendag) di bawah kepemimpinan Muhammad Lutfi mampu mengoptimalkan perjanjian perdagangan bebas secara bilateral dengan 162 negara di berbagai kawasan.

Ia mengemukakan salah satu andalan untuk pemulihan ekonomi nasional agar keluar dari resesi adalah perdagangan internasional yang diharapkan terus tumbuh positif.

Baca juga: Mendag pastikan RI tidak banjir impor setelah RCEP diteken

Menurut Amin, peningkatan aktivitas domestik khususnya konsumsi dan investasi swasta, sulit untuk pulih cepat mengingat belum terbentuknya kondisi herd immunity secara menyeluruh di tingkat nasional.

Untuk itu, Amin mendorong beragam upaya untuk menggenjot devisa, terutama dari ekspor komoditas, agar jangan hanya mengandalkan permintaan dari negara mitra dagang utama Indonesia, terutama China, Amerika Serikat, Jepang, dan India.

Baca juga: Perjanjian Indonesia-Korea CEPA bidik perdagangan 20 miliar dolar AS

"Peningkatan permintaan komoditas akan ikut mendorong ekspor Indonesia mengalami peningkatan ke depannya dan mampu menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena itu optimalisasi FTA bilateral dengan negara-negara Asia, Eropa, dan Afrika, sangat penting dan strategis. Tidak hanya memacu ekspor, namun juga investasi yang berorientasi ekspor," paparnya.

Amin mengungkapkan mengacu pada data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kemendag dalam 10 tahun terakhir investasi asing yang masuk meningkat 288 persen menjadi Rp809,6 triliun pada 2019 dari Rp208,5 triliun. Namun nilai ekspor hanya tumbuh tipis 6,2 persen menjadi 167,53 miliar dolar AS dari 157,73 miliar dolar pada 2020.

Baca juga: Wamendag pastikan tak ada negosiasi dagang tertunda akibat pandemi

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021