Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan mengembangkan riset terkait teknologi Mini Chilling Storage (MCS) atau pendingin mini di atas kapal nelayan yang sangat bermanfaat dan lebih efektif dan efisien dibanding membawa balok es ke atas kapal.

"Melalui Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan, Bantul, pada Desember 2020, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) memperkenalkan teknologi MCS untuk kapal perikanan," Kepala BRSDM KKP, Sjarief Widjaja, dalam siaran pers di Jakarta, Jumat.

Ia mengemukakan, BRSDM terus berkomitmen untuk melaksanakan pemanfaatan data dan informasi hasil riset melalui penghiliran data dan informasi riset yang tepat sasaran, merangkum respon balik dan memberikan nilai tambah bagi arah penggunaan yang terpadu, agar dapat dimanfaatkan pemangku kepentingan.

Terkait riset itu, ujar dia, ikan merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi manusia karena kandungan gizinya yang tinggi, tetapi sebagaimana produk hayati lainnya, ikan merupakan bahan pangan yang cepat mengalami kerusakan.

Baca juga: KKP dorong inovasi gudang pendingin portabel untuk nelayan-pembudidaya

Padahal, lanjutnya, suhu merupakan faktor penting yang dapat mempercepat proses kerusakan, serta menurunkan mutu dan kesegaran ikan sehingga setelah ditangkap, mutu dan kesegaran ikan dapat dipertahankan jika ditangani dengan hati-hati, cepat, bersih dan disimpan pada suhu rendah.

"Salah satu upaya penanganan pascapanen suhu rendah yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pembekuan," katanya.

Keunggulan teknologi MCS antara lain adalah suhu penanganan ikan lebih optimal, pendinginan lebih merata pada permukaan ikan, tekanan fisik pada ikan berkurang, muatan ikan pada palka lebih banyak karena tidak perlu tempat untuk es balok, serta dari sisi beban muatan terhadap kapal, mengangkut teknologi MCS lebih ringan dibandingkan membawa es balok dari darat.

Kepala Pusat Riset Perikanan, Yayan Hikmayani, menyampaikan bahwa teknologi penyimpanan ikan di atas kapal ini telah sampai pada tahapan uji kinerja skala terbatas di kapal nelayan kota Pekalongan (mewakili karakteristik pantai utara Jawa).

Baca juga: LPPM Untan kembangkan mesin pendingin tenaga matahari

Tahap ini, masih menurut dia, dilaksakanan setelah melalui tahapan desain, rancang bangun dan pengujian baik di laboratorium maupun kapal nelayan di Sadeng Gunungkidul (mewakili karakteristik pantai selatan Jawa).

Sebelumnya, Sjarief juga mengingatkan nelayan di berbagai daerah untuk dapat selalu merawat mesin kapal dalam rangka meningkatkan produktivitas kinerja sektor kelautan dan perikanan nasional.

"Kapal merupakan jantung bagi nelayan untuk menangkap ikan di laut sehari-harinya. Mesin sebagai bagian inti dari sebuah kapal ikan pun memiliki peran penting yang mendukung kerja nelayan," katanya.

Untuk itu, ujar Sjarief Widjaja, pihaknya juga terus melatih para nelayan di berbagai wilayah untuk merawat mesin kapalnya.

Ia mencontohkan, pada 14-15 Desember 2020, giliran nelayan Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, yang mendapatkan Pelatihan Teknis Perawatan Teknis Mesin Kapal Perikanan.

Pelatihan yang diinisiasi Anggota Komisi IV DPR RI Suhardi Duka bekerja sama dengan Balai Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Bitung ini diikuti oleh 100 orang pelaku utama bidang perikanan setempat.

Di saat yang bersamaan, 100 nelayan di Kabupaten Jayapura, Papua, dan Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, mengikuti Pelatihan Mengoperasikan Mesin Penggerak Utama Kapal. Pelatihan ini diinisiasi oleh Anggota Komisi IV DPRI RI Sulaeman L. Hamzah, bekerjasama dengan BPPP Ambon.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020