vaksin adalah salah satu cara agar Indonesia bisa segera keluar dari pandemi COVID-19. Asalkan, sudah tercipta kekebalan komunitas pada mayoritas penduduk dunia.
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah dr Reisa Broto Asmoro menyarankan masyarakat selalu meluangkan sedikit waktu guna mencari informasi dari sumber-sumber valid di masa pandemi COVID-19 ini agar tidak tertipu berita bohong (hoax) yang saat ini semakin banyak.

“Sudah ada ribuan hoax yang beredar selama 9 bulan pandemi di Indonesia. Bahkan beberapa di antaranya terkait vaksin COVID-19. Padahal banyak sekali manfaat vaksin yang sudah kita ulas. Jadi, penting ya, untuk meluangkan sedikit waktu mencari informasi dari sumber-sumber yang valid,” kata Reisa dalam video yang ditayangkan Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin.

Beberapa hoax yang beredar, kata Reisa, seperti informasi yang menyebutkan vaksin adalah bibit penyakit, dan menerima vaksin sama saja dengan membuat badan rentan terkena penyakit.

Baca juga: Pemerintah kantongi Rp54,44 triliun anggaran vaksinasi COVID-19 gratis

"Nah, anggapan ini salah. Karena vaksin itu terbuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan, yang fungsinya membuat badan kita menjadi kenal, dan kebal melawan penyakit tersebut. Hal ini tidak sama ya, dengan membuat tubuh sakit," ujar Reisa.

Dia pun memaparkan ada beberapa jenis vaksin. Pertama, vaksin mati adalah jenis vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan. Kedua, vaksin hidup adalah vaksin yang mengandung bakteri atau virus yang dilemahkan. Ketiga, vaksin sub unit adalah adalah vaksin yang dibuat dari komponen virus/bakteri. Kemudian, keempat, vaksin toksoid adalah vaksin yang dibuat dari toksin yang sudah dilemahkan. Untuk kandungan vaksin, terdiri dari antigen, stabilitator, adjuvant dan pengawet.

Kemudian, hoax lainnya adalah informasi yang menyebutkan vaksin mengandung zat-zat yang berbahaya. Padahal, kata Reisa, vaksin yang sudah diproduksi massal harus memenuhi syarat utama yaitu aman, efektif, stabil dan efisien.

Baca juga: dr Reisa: Perhatikan tujuh protokol kesehatan di angkutan umum

"Setiap vaksin yang beredar, harus lolos uji dari lembaga otoritas yang berwenang. Di Indonesia, ada Badan POM (Pemeriksa Obat dan Makanan) yang akan memastikan bahwa vaksin aman dan tidak mengandung bahan berbahaya," jelasnya.

Reisa juga menjelaskan bahwa vaksin adalah salah satu cara agar Indonesia bisa segera keluar dari pandemi COVID-19. Asalkan, sudah tercipta kekebalan komunitas pada mayoritas penduduk dunia.

Untuk itu Reisa kembali mengingatkan, vaksin bukan satu-satunya solusi untuk mencegah penularan COVID-19. Disiplin dan patuh terhadap protokol kesehatan juga penting dan efektif menurunkan risiko penularan.

Baca juga: Tantangan terbesar dr. Reisa di Gugus Tugas COVID-19

"Jadi, gerakan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) ditambah vaksinasi tentu akan lebih baik," ujarnya.

Reisa mengatakan masih banyak mitos dan hoax lain yang beredar di tengah-tengah masyarakat seputar vaksin. Masyarakat diminta untuk memilah-milah informasi yang benar. Masyarakat juga bisa menghubungi kontak resmi Satgas COVID-19 di nomor 119 ekstensi 9 atau bisa berkunjung ke situs resmi pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19 di alamat covid19.go id.

"Lebih baik mencerna informasi lebih baik, kan. Daripada panik atau bahkan menjadi penyebar hoax," ujarnya.

Baca juga: Tips bugar di era normal baru ala dr. Reisa

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020