Kondisinya masih benar-benar alami
Sukamakmur, Bogor (ANTARA) - Kemurnian alam dan hijaunya air di Curug Baliung yang berlokasi di Desa Cibadak, Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, seakan menjadi obat penawar stres bagi masyarakat di masa pandemi COVID-19.

"Kondisinya masih benar-benar alami meski sudah banyak dikunjungi orang, airnya tetap hijau," ujar Pengelola Curug Baliung, Uci Sanusi saat ditemui wartawan, Kamis.

Para pengunjung rela mengakses jalan yang terbilang terjal untuk bisa menikmati indahnya pemandangan alam di Curug Baliung. Pasalnya, dari tempat parkir kendaraan roda dua, pengunjung masih harus berjalan kaki layaknya melewati jalur pendakian sekitar 30 menit.

Namun, jerih payah pengunjung akan terbayar setibanya di lokasi air terjun. Selain bisa berenang menikmati segarnya air Curug Baliung, pengunjung juga bisa menjadikan air jernih tersebut sebagai latar untuk berswafoto.

Baca juga: Curug Cipamingkis Bogor tawarkan keluar dari penatnya PSBB

Baca juga: Curug Ciherang di Jalur Puncak II jadi alternatif wisata saat pandemi


Selain Curug Baliung, ada empat curug lainnya yang juga masih berlokasi di Desa Cibadak, yakni Curug Leuwi Hejo, Curug Leuwi Liek, Curug Leuwi Ciung, serta Curug Leuwi Cepet.

Lokasi antara curug satu ke yang lainnya tak terlalu jauh, yaitu sekitar 5-15 menit diakses dengan cara berjalan kaki.

Sanusi menyebutkan, jumlah kunjungan ke Curug Baliung justru meningkat ketika selama pandemi COVID-19. Ia meyakini bahwa wisata tersebut dijadikan alternatif berlibur lantaran banyak tempat wisata yang tutup selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Meski begitu, ia tetap menerapkan standar protokol kesehatan pencegahan COVID-19 bagi pengunjung seperti yang dianjurkan Pemerintan Kabupaten (Pemkab) Bogor, salah satunya dengan menyediakan tempat mencuci tangan dan memeriksa suhu tubuh pengunjung di gerbang utama.

Baca juga: Tempat wisata di Bogor wajib batasi 50 persen jumlah pengunjung

Baca juga: Bendungan Cihud jadi destinasi wisata baru di Kabupaten Bogor

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020