Jakarta (ANTARA) - Pandemi virus corona, COVID-19, sudah berlangsung nyaris setahun di seluruh dunia, juga di Indonesia.

Pandemi COVID-19 membuat seluruh aktivitas terhenti, termasuk aktivitas anak-anak mulai dari sekolah hingga kegiatan luar sekolah.

Psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, M.Psi mengatakan masa pandemi justru merupakan masa terbaik untuk menemukan dan merawat bakat serta minat anak-anak.

"Mencari bakat anak adalah proses yang panjang. Dan masa pandemi seperti ini sebetulnya adalah waktu yang tepat untuk menemukan bakat anak-anak kita, pasalnya saat pandemi kita bisa mengamati anak dengan lebih leluasa," kata Vera melalui siaran virtual pada Kamis.

Baca juga: Anak ingin jumpai teman saat pandemi, sebaiknya larang atau izinkan?

Baca juga: Belajar daring bukan alasan abaikan batasan "screen time" untuk anak


Meski demikian, Vera mengingatkan agar para orang tua ada sejumlah rambu-rambu dalam proses menemukan bakat anak, di antaranya adalah berhati-hati dalam menentukan bakat anak agar tak terjebak pada obsesi pribadi.

"Hati-hati orang tua jangan rancu dengan obsesi pribadi. Misalnya ayah dan ibunya suka bola, lalu kita tentukan anaknya agar juga suka main sepak bola," kata Vera.

Langkah pertama yang bisa dilakukan orang tua adalah mengamati minat anak-anak.

"Sembari kita memperluas wawasan kita. Jangan sampai kalau anak punya minat pada sesuatu sudah kita matiin duluan karena kurangnya wawasan kita. Orang tua harus open minded," kata Vera.

Vera juga mengingatkan agar orang tua tidak terlalu terburu-buru menentukan bakat anak-anak pasalnya anak-anak senang mencoba segala hal dan masih dalam fase eksplorasi.

"Lihat dulu seberapa konsisten anak menyukai sesuatu. Biasanya bisa dilihat saat anak usia tiga tahun, dikenalin dulu dengan berbagai hal. Kalau sudah usia lima, enam atau tujuh konsisten menyukai sesuatu, orang tua kemudian bisa mengarahkan untuk mendukung bakat tersebut," kata Vera mengingatkan agar orang tua juga tidak memberi beban kepada anak-anak dengan ekspektasi yang berlebihan.

Baca juga: Alasan pentingnya jaga nutrisi anak di lima tahun pertama

Baca juga: Istilah "bayi bau tangan" mitos atau fakta?


Komitmen
Presenter Donna Agnesia mengaku selama pandemi memang merupakan waktu terbaik untuk menemukan serta merawat bakat dan minat anak-anak, pasalnya waktu bersama para buah hati semakin banyak.

"Kami memberikan pilihan kepada anak-anak, misalnya karena aku dan Darius suka bola ya dari bayi mereka sudah dikasih mainan bola tapi nanti merekalah yang menentukan sendiri sukanya apa," kata Donna.

Istri Darius Sinathrya mengatakan dia dan suami sempat mengalami banyak kesalahan saat memulai menemukan bakat anak-anak.

"Kita juga banyak trial and error, tapi kuncinya adalah komunikasi dengan anak. Kita harus buka komunikasi dan jadi fasilitator minat dan bakat anak. Dan yang paling penting juga harus jadi motivator," kata dia.

Selama masa pandemi, Donna mengatakan anak-anak dia tak berhenti mengasah minat dan bakat mereka.

"Ada yang suka main sepak bola ada yang gimnastik. Semua tetap latihan meski di rumah."

Peran orang tua dalam menemukan bakat anak-anak memang sangat penting. Vera menjelaskan dukungan bisa dilakukan dengan memberikan atensi, perhatian, apresiasi, serta senantiasa mendampingi anak saat mengalami masa-masa emosional.

"Orang tua harus jadi cheerleader terdepan. Utamanya kalau anak mengalami emosi di tengah-tengah menjalani bakatnya," kata dia.

Vera menyarankan agar orang tua tak langsung memberi solusi saat anak mengalami emosi. Sebaiknya dengarkan terlebih dahulu masalah yang dihadapi anak alih-alih langsung memberikan solusi.

"Kadang anak cuma butuh didengar dan dipahami. Setelah didengar, kadang solusi bisa muncul sendiri dari anak. Atau solusi bisa dicari berdua. Misal anak bosan melakukan latihan, dengarkan saja dulu keluhannya apa. Kadang nanti dia bilang 'ya sudah besok aku latihan lebih giat lagi'," kata dia.

Baca juga: Orangtua, kenali pertanda "parental burnout"

Baca juga: Siasat agar anak terbiasa minum air


Tekanan
Bambang Pamungkas, mantan pesepakbola profesional yang kini jadi manajer klub sepakbola Persija Jakarta menuturkan saat dia masih kecil dia sempat merasa tertekan oleh orang tuanya, khususnya sang ayah.

Menurutnya, tekanan membuat Bepe kecil tidak bisa berkembang dan mengeksplorasi bakatnya.

"Dulu ayah saya adalah mantan pemain bola dan juga seorang pelatih bola. Jadi tiap dia datang menonton pertandingan itu rasanya saya jadi blank karena tiap pulang tanding dia selalu jadi kritikus saya nomor satu. Harusnya gini harusnya gitu," kata Bambang.

Bambang mengenang dulu pelatih sepak bola dia bahkan terpaksa memberi tahu sang ayah agar tak muncul saat Bambang berlaga di lapangan hijau karena bisa membuyarkan konsentrasinya. "Jadi ayah saya dulu kalau nonton saya bawa payung, kalau kelihatan sama saya dia buru-buru menutupi diri pakai payung."

Berkaca dari kisahnya sewaktu kecil, Bambang menyarankan agar bakat anak berkembang dengan baik, sebaiknya orang tua mengarahkan anak tanpa memberikan tekanan.

"Orang tua itu sebaiknya berperan jadi yang mengarahkan dan benteng. Maksudnya jadi benteng adalah membentengi anak bahwa yang baik didukung dan yang jelek dikasih tahu, jangan dilakukan," katanya.

Selain didukung dalam mengasah bakat dan minat, anak-anak sebaiknya juga diberi pendidikan karakter yang baik supaya kelak tumbuh menjadi pribadi yang unggul.

Deputi 3 Bidang Pembudayaan Olahraga dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Raden Isnanta mengatakan sangat penting mengasah bakat anak sejak dini, selain memberi pondasi karakter yang baik bagi anak-anak.

"Sejak usia dini anak-anak harus sudah punya tekad besar dan konsisten. Selain itu harus punya karakter yang baik. Karakter ini enggak akan bisa diberikan oleh pelatih manapun, tapi itu ditumbuhkan oleh orang tua dan lingkungan," kata Isnanta.

Di masa pandemi, pembinaan bakat dan karakter anak-anak, kata Isnanta tak boleh berhenti, salah satunya bisa dilakukan melalui teknologi dengan temu virtual.

Baca juga: Kiat orangtua bantu kemampuan sosial anak di masa pandemi

Baca juga: Pentingnya keterlibatan orangtua di fase tumbuh kembang anak

Baca juga: Anak TK tak perlu dipaksa pandai calistung

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020