Surabaya (ANTARA) - Puluhan orang duduk-duduk di emperan pertokoan kawasan Jalan Kedungsari Surabaya. Mereka sudah sejak pukul 10.00 WIB berdatangan untuk mengantre mendapatkan layanan makan siang gratis yang disediakan Keluarga Setiyono.

Warga Kota Surabaya yang tinggal di sekitar Kedungsari atau kebetulan melintas di kawasan itu bisa menikmati makan siang gratis dengan menu rumahan yang dibawa Setiyono menggunakan kendaraan gerobak roda tiga.

Layanan makan siang gratis itu tersedia untuk semua orang setiap hari kerja Senin hingga Jumat di Jalan Kedungsari Surabaya.

Penggagas layanan makan siang gratis itu adalah Setiyono, Sehari-harinya, pria berusia 54 tahun yang akrab disapa Yoni itu membuka usaha makanan di kantin Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIESIA), Jalan Menur Pumpungan Surabaya.

"Sekitar dua bulan lalu, saya bersama istri, Maria Ulfa, tiba-tiba ingin berbagi dengan masyarakat. Maka, dengan segala keterbatasan, akhirnya kami menyediakan makanan gratis untuk semua orang dengan menu rumahan," kata Yoni.

Menu rumahan yang dimaksud adalah nasi dengan lauk pauk. Sebagai contoh, menu makan siang gratis yang disediakan pada Rabu (4/11) ini adalah nasi, sayur lodeh, telur mata sapi, dan tempe serta kerupuk. Minumnya air mineral kemasan gelas.

Jalan Kedungsari dipilih sebagai tempat untuk melayani makan siang gratis karena merupakan jalan umum di tengah Kota Surabaya yang mudah dilihat dan dikunjungi masyarakat. Selain itu, dekat dengan rumahnya di kawasan Kampung Malang Surabaya.

Menggunakan kendaraan gerobak roda tiga, dengan dibantu istri dan sejumlah anaknya, menjelang siang sejak sekitar pukul 11.00 WIB, Yoni terlihat sudah siap melayani masyarakat di pinggir Jalan Kedungsari Surabaya.

Pada awal membuka layanan makan siang sekitar dua bulan lalu, Yoni menyediakan makanan gratis sebanyak 50 porsi untuk semua orang.

"Jual makanan di kantin Kampus STIESIA tetap jalan, yang jaga anak saya. Kebetulan anak saya kan banyak sehingga kami membagi tugas. Ada yang tetap berjualan di Kantin STIESIA, lainnya membantu saya melayani makan siang gratis untuk semua orang di Jalan Kedungsari ini," ucapnya.


Donatur berdatangan

Yoni tidak mengira sejak hari pertama menyediakan makanan gratis di pinggir Jalan Kedungsari Surabaya sekitar dua bulan yang lalu, selalu saja ada donatur yang datang untuk turut membantu.

Para donatur tidak hanya menyumbang uang. Banyak juga donatur yang datang langsung ke Jalan Kedungsari dengan membawa sejumlah karung berisi beras atau berbagai bahan untuk lauk pauk.

Terlihat paling banyak donatur menyumbang sembako, seperti beras. Selain itu, ada juga yang berdonasi telur, mi dan air minum kemasan gelas.

Satu di antara para donatur yang terlihat datang langsung di Jalan Kedungsari pada Rabu (4/11) siang adalah Arif, pembuat tempe asal Rungkut, Surabaya.

Arif mengaku sehari sebelumnya terlebih dahulu telah menemui Yoni di Jalan Kedungsari untuk menanyakan serta melihat langsung berapa banyak tempe yang sekiranya dibutuhkan untuk melayani makan gratis masyarakat setiap harinya.

"Kebetulan Pak Yoni bilang tempenya belum ada yang suplai. Jadi, saya ingin bantu untuk melancarkan usahanya dalam membantu masyarakat," ujar Arif.

Seiring banyak donatur yang setiap harinya turut menyumbang sembako, seperti beras maupun berbagai jenis lauk pauk, porsi makan siang gratis yang digagas Yoni terus bertambah.

Dari semula 50 porsi, meningkat menjadi 100 porsi. Kemudian meningkat lagi dan sejak beberapa hari terakhir menyediakan 150 porsi makanan gratis untuk masyarakat.

"150 porsi ini nilainya sekitar Rp700 ribu," ucap Yoni.


Berhati mulia

Masyarakat yang kebetulan melintas di Jalan Kedungsari Surabaya mengaku senang melihat ada pelayanan makan siang gratis.

Kebanyakan mereka yang berhenti untuk menikmati makan siang gratis adalah warga yang berprofesi sebagai tukang becak, pengojek daring dan sales, selain juga warga yang bekerja atau berdomisili di sekitar Jalan Kedungsari Surabaya.

Salah satunya yang terlihat memanfaatkan pelayanan makan siang gratis itu adalah Desi Sagita Purnomo, yang sehari-harinya bekerja sebagai sales di sebuah perusahaan asuransi.

Perempuan paruh baya asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang indekos di Kampung Wonorejo, Surabaya, itu mengaku sudah selama dua minggu makan siang ikut Pak Yoni.

"Hari gini mana ada nasabah yang mau ikut asuransi, sedangkan saya digaji berdasarkan jumlah nasabah yang didapat. Sudah lebih dari lima bulan saya tidak gajian," ujarya sambil melahap nasi lodeh dari Pak Yoni dan duduk bersila di emperan toko kawasan Jalan Kedungsari.

Maka, Desi menyebut Yoni berhati mulia karena telah sedikit meringankan beban hidupnya di tengah situasi sulit dampak sosial ekonomi pandemi virus corona jenis baru (COVID-19).

Terlebih, sebagai warga pendatang yang mengadu nasib di Surabaya, kendati hidup sebatang kara karena ketiga anak kandungnya tinggal bersama mantan suaminya di Bali, Desi luput dari berbagai bantuan sosial yang menurut pemberitaan telah banyak diberikan pemerintah pusat dan daerah maupun pihak swasta terhadap masyarakat yang terdampak sosial ekonomi pandemi COVID-19

"Sungguh mulia hatinya Pak Yoni. Semoga usahanya semakin sukses dan keluarganya sehat selalu," katanya, mendoakan.

Masyarakat yang senasib dengan Desi sangat mengandalkan layanan makan siang gratis sebagaimana telah digagas Yoni. Mereka setia menunggu kedatangan Keluarga Yoni yang mangkal menjelang jam makan siang.

Yoni berharap kegiatan sosial makan siang gratis seperti ini bisa terus berlanjut meski seandainya pandemi COVID-19 telah berakhir, dengan jumlah porsi yang semakin banyak.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020