Jakarta (ANTARA) - Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar kegiatan tahunan Statistika Ria dan Festival Sains Data (Satria Data 2020).

"Kami berharap kegiatan yang semula hanya kompetisi ini bisa ditingkatkan lagi manfaatnya dan terintegrasi dengan MBKM. Indonesia yang saat ini dalam kondisi yang sulit tentu membutuhkan ahli statistik guna mencari alternatif solusi ke depan," ujar Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB University, Dr Drajat Martianto, dalam keterangannya di Jakarta, Ahad.

Dia yakin dari kompetisi ini akan lahir ahli-ahli statistika di masa depan. Kegiatan ini akan menjadi model yang baik untuk beberapa agenda lain yang serupa.

Dia mengapresiasi semua pihak yang berperan untuk terselenggaranya kegiatan ini.

Baca juga: Ahli IPB: Ketahanan keluarga butuh harmonisasi maskulinitas-feminitas

Baca juga: Sawit miliki potensi dalam implementasi SDGs, sebut guru besar IPB


Kegiatan tersebut merupakan kompetisi tahunan yang digelar untuk mahasiswa di tingkat nasional. Agenda tersebut sudah berlangsung selama 15 tahun.

Drajat mengatakan Satria Data Nasional mendapat apresiasi dari Kemendikbud karena konsistensinya selama 15 tahun.

Kegiatan yang sebelumnya dikenal dengan Kompetisi Statistika Ria itu mengalami beberapa penambahan kegiatan. Pertama adalah penambahan kegiatan pengembangan wawasan dalam bentuk web seminar. Kedua adalah kuliah pengumpulan kredit yang terintegrasi dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Kegiatan Web Seminar Satria Data 2020 mengambil tema “The Statistic Roles in Business Planning”. Hadir sebagai pemateri adalah Prof Roy Sembel, pakar Finansial dan Investasi di IPMI International Business School. Pemateri kedua adalah Agus Masrianto, praktisi bisnis Media Metro TV. Kedua pemateri adalah almuni dari jurusan Statistika IPB University.

Pakar Finansial dan Investasi IPMI, Prof Roy Sembel, menjelaskan tentang perencanaan dan strategi dalam berbisnis.

Menurutnya, sebuah perusahaan harus memiliki basis data statistik yang kuat dalam merencanakan strategi bisnis. Situasi pandemi membuat perekonomian bergerak menurun, baik di tingkat nasional maupun global. Hal ini membutuhkan strategi berbasis data kuat agar bisnis bisa bersaing di pasar.

“Data statistik tidak bisa dilepaskan dalam upaya memanfaatkan peluang serta menciptakan solusi. Tren yang berjalan saat ini, data dikumpulkan dalam sebuah big data untuk menganalisis potensi dan peluang. Bahkan perilaku konsumen di dunia digital sangat populer untuk dijadikan sebagai acuan data dalam membangun bisnis di masa sekarang," kata Roy.

Pakar media, Agus Masrianto, mengatakan data sangat penting dalam sebuah bisnis digital. Perkembangan teknologi membuat bisnis digital banyak mengalami perubahan. Industri media bergerak dari media konvensional ke media internet.

Riset data diperlukan untuk memetakan ukuran, jumlah serta perilaku audiens. Setelah diketahui perilakunya maka dibuatlah konten-konten yang dibutuhkan oleh pasar.

“Perusahaan media juga menggunakan rating research untuk menentukan biaya yang akan digunakan dalam bisnis periklanan digital. Porsi terbesar adalah media televisi dengan angka 50 sampai 60 persen. Sementara media digital mengalami kenaikan signifikan dari 10 persen ke 30 persen. Market share ini sangat ditentukan dari survei peringkat yang terintegrasi ke big data," kata Agus.*

Baca juga: Masyarakat konservasi dideklarasikan Fakultas Kehutanan IPB University

Baca juga: Pengetahuan "green marketing" dukung capaian energi terbarukan

Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020