Food Estate merupakan budidaya yang multikomunitas. Jadi, para petani tidak hanya menanam padi, bisa menanam komoditas lain yakni hortikultura, tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan seperti tanam jeruk, pisang yang bisa di tanam di pin
Jakarta (ANTARA) - Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bahwa pengembangan kawasan "food estate" atau lumbung pangan di Provinsi Kalimantan Tengah akan menggunakan varietas unggul baru (VUB) potensi hasil tinggi guna meningkatkan produktivitas dan indeks pertanaman (IP).

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan pihaknya menggunakan komponen teknologi dengan sebutan "Rawa Intensif, Super dan Aktual" (RAISA) yakni dengan menggunakan varietas unggul baru (VUB), pengelolahan lahan, tata air mikro (TAM) pembenah tanah, pemupukan berimbang, pengendalian OPT terpadu dan mekanisasi pertanian.

"Food Estate merupakan budidaya yang multikomunitas. Jadi, para petani tidak hanya menanam padi, bisa menanam komoditas lain yakni hortikultura, tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan seperti tanam jeruk, pisang yang bisa di tanam di pinggir sawah," kata Sarwo dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.

Sarwo mengatakan pengembangan lumbung pangan di Provinsi Kalteng memiliki lahan percontohan seluas 30.000 hektare (ha) yang akan di garap tahun ini. Lahan yang akan digarap terdiri dari 10.000 ha di Kabupaten Pulang Pisau dan seluas 20.000 ha berada di Kabupaten Kapuas.

Ada pun lahan yang menjadi percontohan tersebut merupakan lahan intensifikasi dengan jaringan irigasi yang baik, irigasi primer maupun irigasi sekunder. Irigasi tersier itu yang dioptimalkan pada tahun ini seluas 30.000 ha.

Baca juga: Presiden: Model bisnis "food estate" Kalteng bisa dicontoh tempat lain

Baca juga: Presiden Jokowi: 30.000 ha "food estate" Kalteng dikerjakan tahun ini


Dalam pelaksanaannya, Kementan menyalurkan bantuan sarana alat mesin pertanian dengan total mencapai 1.232 unit yang terdiri dari traktor roda 2, traktor roda 4 dan transplanter. Selain itu, teknologi drone juga dihadirkan untuk menanam dengan sistem tabur.

Ketersediaan sarana produksi untuk 30.000 ha pada tahun ini terdiri dari dolomit 1 ton per ha, herbisida 4 liter/ha, pupuk hayati 4 liter/ha, urea 200 kg/ha, NPK 200 kg/ha. Ketersediaan benih pun tercukupi meliputi benih padi, benih hortikultura (jeruk, kelengkeng, durian dan cabai), kelapa genjah, itik dan kandangnya.

"Dengan percontohan ini yang sudah kita buat, kita mendorong para petani kita untuk mengubah pola pikir dari bertani tradisional ke pola bertani secara modern tentunya dengan menggunakan mekanisasi," kata Sarwo.

Presiden Joko Widodo mengunjungi Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Kamis (8/10) untuk memastikan dimulainya program pengembangan food estate di Kalimantan Tengah.

Sebelumnya, pada Juli lalu, Presiden telah berkunjung ke lokasi food estate yang berada di wilayah Kabupaten Kapuas. Pada kunjungannya kali ini, Kepala Negara didampingi oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, Habib Ismail Bin Yahya.

Dalam peninjauannya, Presiden melihat pengolahan lahan rawa menggunakan traktor apung khusus, dilanjutkan dengan penanaman padi menggunakan mesin penanam padi otomatis atau rice transplanter serta pemupukan menggunakan drone.

Baca juga: Mentan : lumbung pangan terapkan teknologi pertanian modern

Baca juga: Presiden Jokowi apresiasi penggunaan drone di "food estate" Kalteng

Baca juga: Presiden Jokowi ingin di "food estate" Kalteng juga ada budi daya ikan

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020